| Home | Book-Literature | Inspiring-Religion | Economy-Business | Social-Cultural-Languange | Politics-Conspiracy | Health-Sport | Music-Movie | Femininity-Parenting |

Monday 14 July 2014

HOPE (HARAPAN)


            Suatu siang seorang ibu menjemput anaknya dari sekolah. Hari itu langit begitu cerah dan langit sangat biru. Dalam perjalanan pulang si anak bertanya pada ibunya.
"Ma, apa warna langit?"
"Warnanya biru, Sayang," jawab sang ibu,
"Mengapa warnanya biru?" tanya lagi gadis kecil itu.
"Ya itu adalah warna yang penuh harapan," jawab sang ibu.
"Apa itu harapan?" tanya gadis kecil.
"Hmm.. Harapan itu sesuatu yang tak bisa kau lihat, tapi bisa kau rasakan. Itu adalah hal yang kau inginkan."
Si anak pun mengerti. "Oh, aku mengerti. Seperti aku berharap aku bisa berlari cepat. Aku berharap bisa melompat tinggi. Seperti aku berharap aku bisa berenang seperti ikan?"
Sang ibu pun mengangguk dan menjawab, "Mungkin saja."
            Sesampainya di halte, Ibu itu bertanya pada anaknya apa yang telah dilakukannya seharian di sekolah. Si anak menjawab bahwa ia menggambar tentang YOG. Ia bertanya apakah ibunya tahu tentang YOG. Sebelum ibunya sempat menjawab, anak tersebut menjelaskan.
"Kata Ibu Juwita, YOG (Youth Olympic Games) adalah sebuah hari perayaan olahraga besar yang diselenggarakan di Singapura. Semua orang akan melihat kita."
"Lalu apa yang kau gambar?" tanya sang ibu.
"Aku menggambar stadion dengan banyak orang di dalamnya," ujar gadis kecil itu seraya menunjukkan kertas gambarnya pada sang ibu. Di kertas tersebut tertuang gambar khas anak-anak yang masih berantakan namun penuh warna-warni.
"Ini cantik," kata sang ibu. "Apa kau menyukainya?" tanyanya.
Anak itu menjawab, "Ya, Bu Guru memberiku nilai A."

            Saat sang ibu sedang mengamati gambar anaknya, tiba-tiba anak tersebut berkata, "Mama, aku ingin pergi ke Youth Olympic Games itu." Pertanyaan ini membuat sang ibu sedikit terhenyak.
"Tentu ibu akan membawamu ke sana, tapi apa yang ingin kau lakukan di sana?" tanya sang ibu.
"Seperti yang selalu kau ajarkan padaku. Aku tak bisa melihat tapi aku bisa merasakan. Aku ingin berada di sana untuk merasakan semua harapan dan impian dari orang lain," jawabnya dengan yakin.
Mendengar jawaban tersebut sang ibu langsung memeluk putrinya seraya berkata, "Tentu aku akan membawamu ke sana."

            Percakapan di atas adalah percakapan antara seorang anak yang tak bisa melihat dengan ibunya, betapa dia sangat optimis dan antusias dalam kehidupan sekalipun dia tak bisa melihat. Ini bukan tentang kepolosan seorang anak kecil melainkan tentang sebuah harapan. Tak sedikit orang ditimpa masalah lalu cepat merasa putus asa dan kehilangan harapan.

Ketahuilah bahwa harapan itu selalu ada dan menyertai kita yang meyakininya.
Harapan bukanlah sesuatu yang bisa kita lihat
sehingga ketika kita tak melihatnya, kemudian kita merasa tak ada harapan.
Rasakanlah harapan itu di dalam hati kita. :)






[Sumber: Vemale.com]




“Ibrahim berkata, ‘Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat.’ ”
(QS. Al Hijr: 56)

No comments:

Post a Comment