| Home | Book-Literature | Inspiring-Religion | Economy-Business | Social-Cultural-Languange | Politics-Conspiracy | Health-Sport | Music-Movie | Femininity-Parenting |

Sunday 1 February 2015

BAHAGIA



        Apakah saat ini kita merasa bahagia? Di mana letak kebahagiaan kita sesungguhnya, apakah pada moleknya tubuh, jelitanya rupa, tumpukan harta, atau barangkali punya mobil mewah dan tingginya jabatan? Jika itu semua sudah kita dapatkan, apakah kita bisa memastikan bahwa kita akan bahagia?

Berikut kisah nyata yang akan mengingatkan kita bahwa limpahan harta tidak selalu mengantarkan pada kebahagiaan. 

      Tahun 1923, para miliuner berkumpul di Hotel Edge Water Beach di Chicago, Amerika Serikat. Saat itu, mereka adalah kumpulan orang-orang yang sangat sukses di zamannya. Namun, tengoklah nasib tragis mereka 25 tahun sesudahnya!  Mereka adalah:
1.      Charles Schwab, CEO Bethlehem Steel, perusahaan besi baja ternama waktu itu. Dia mengalami kebangkrutan total hingga harus berhutang untuk membiayai 5 tahun hidupnya sebelum meninggal.
Jesse Livermore
2.      Richard Whitney, President New York Stock Exchange. Pria ini harus menghabiskan sisa hidupnya dipenjara Sing Sing.
3.      Jesse Livermore (raja saham "The Great Bear" di Wall Street), Ivar Krueger (CEO perusahaan hak cipta), Leon Fraser (Chairman of Bank of International Settlement), ketiganya memilih mati bunuh diri.
4.      Howard Hupson, CEO perusahaan gas terbesar di Amerika Utara. Hupson sakit jiwa dan meninggal di rumah sakit jiwa.
5.      Arthur Cutton, pemilik pabrik tepung terbesar di dunia, meninggal di negeri orang lain.
6.      Albert Fall, anggota kabinet presiden Amerika Serikat, meninggal di rumahnya ketika baru saja keluar dari penjara.

Albert Fall
        Kisah tsb merupakan bukti, bahwa kekayaan yang melimpah bukan jaminan akhir kehidupan yang bahagia. Kebahagiaan memang menjadi faktor yang begitu didambakan bagi semua orang. Hampir segala tujuan muaranya ada pada kebahagiaan. Kebanyakan orang baru bisa merasakan hidup jika sudah menemukan kebahagiaan.

Pertanyaannya sekarang, “Di mana kita bisa mencari kebahagiaan?”
Sesungguhnya, kebahagiaan itu tidak perlu dicari kemana-mana karena ia ada di hati setiap manusia. Carilah kebahagiaan dalam hatimu, telusuri 'rasa' itu dalam kalbumu dan percayalah ia tak akan lari kemana-mana!

Berikut tips bagaimana kita bisa mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya:
1. Mulailah Berbagi  
2. Bebaskan hati dari rasa benci, iri dan bebaskan pikiran dari segala kekhawatiran 
3. Murahlah dalam memaafkan 
4. Lakukan sesuatu yang bermakna bagi diri dan orang lain
5. Jangan terlalu banyak berharap pada orang lain

Lebih baik kita berharap hanya kepada ALLAAH Yang Maha Kasih dan Kaya. Karena DIA-lah yang menciptakan kita, dan DIA-lah yang menciptakan segala 'rasa', termasuk rasa bahagia
yang selalu kita inginkan. So, mintalah padaNYA kebahagiaan itu.  :)







[Sumber: AsianBrainNewsletter.com oleh Anne Ahira]



“Tempat untuk berbahagia itu ada di sini. Waktu untuk berbahagia itu kini. Cara untuk berbahagia ialah dengan membuat orang lain berbahagia"
(Robert G. Ingersoll)

“Wealth is not only what you have, but also what you are.”
(Dennis Waitley)

“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. ALLAAH menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
(QS. Ali ‘Imran: 134)

“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: ‘Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.’ Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya ALLAAH Maha Mengetahuinya.”
(QS. Al-Baqarah: 215)

“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan ALLAAH dan Rasul-NYA kepada mereka, dan berkata: ‘Cukuplah ALLAAH bagi kami, ALLAAH akan memberikan sebagian dari karunia-NYA dan demikian (pula) Rasul-NYA, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada ALLAAH,’ (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).”
(QS. At-Taubah: 59)

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain ALLAAH adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.”
(QS. Al-Ankabuut:  41)

 “Ibrahim berkata, ‘Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat.’ ”
(QS. Al Hijr: 56)

“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepadaKU niscaya akan AKU perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembahKU akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina’”.
(QS. Al-Mu’min: 60)