| Home | Book-Literature | Inspiring-Religion | Economy-Business | Social-Cultural-Languange | Politics-Conspiracy | Health-Sport | Music-Movie | Femininity-Parenting |

Friday 13 November 2015

Seminar Nasional LGBT di UIN Malang Dibubarkan



Ada yang perlu digarisbawahi bahwa SSA (Same Sex Attraction) dengan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual & Transgender) adalah suatu hal yang berbeda. Sayangnya terkadang kebanyakan orang menyamakannya dan kemudian menyimpulkan sesuatu tanpa diketahui kebenarannya. Banyak istilah yang ternyata rancu di masyarakat karena kurang pahamnya kita dengan istilah-istilah tersebut. Selain karena kita kurang kesadaran untuk mencari tahu juga karena ketidaksukaan kita terhadap sesuatu membuat kita menutup mata atas kenyataan yang ada dan bisa jadi membuat kita tidak dapat melihat kebenaran yang sebenarnya.

Beberapa orang mencoba untuk memberikan pencerahan, membagi ilmu dan pengetahuan mereka tentang SSA dan LGBT serta dengan tulus membantu orang-orang yang SSA namun tidak ingin tergabung dalam LGBT. Usaha mereka tidak hanya reaktif namun juga proaktif serta prefentif. Mereka adalah Sinyo Egie, seorang penulis, konselor dan founder Lembaga Konseling Peduli Sahabat. Juga pengurus Peduli Sahabat. Mereka mengadakan acara Seminar Nasional LGBT “Kenali, Pahami, Hadapi Bersama”. Acara ini merupakan hasil kerjasama DEMA-F Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan LSOK-LISFA Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Speaker adalah Sinyo, Zainul Anwar, M PSi. (Psikolog Klinis), Ilhamnu’din Nu’man, M Si. (praktisi psikologi Islam), dan bertindak sebagai moderator adalah Galuh Andina, M Psi. (psikolog sekaligus pengurus Peduli Sahabat) . Rencana acara diadakan tanggal 7 November 2015 di rektorat UIN Maulana Malik Ibrahim Malang lantai 5 namun karena peserta mencapai 600 orang maka acara terpaksa dipindahkan ke gedung Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di Batu.

Awalnya acara berjalan lancar meski ada beberapa peralatan yang saya rasa kurang mendukung. Sampai pada penyampaian materi oleh Sinyo yang seharusnya diletakkan di akhir, namun kemudian dipersilahkan mengawali untuk menghindari dugaan ormas-ormas yang mengira ini adalah acara dari aktivis kelompok LGBT. Dengan waktu yang sangat terbatas Sinyo berusaha untuk menyampaikan bagaimana awal beliau mengenal dunia LGBT dan kesulitannya dalam menghadapi prasangka buruk orang-orang dalam membantu para SSA yang tidak ingin menjadi LGBT dan usaha prefentif agar anak-anak tidak sampai menjadi SSA. Beliau melakukannya dengan menulis buku dan mendirikan organisasi non profit bernama Peduli Sahabat dan Menanti Mentari.

Namun belum selesai Sinyo menyampaikan seluruh materinya dan sesi berikutnya dilanjutkan, yaitu materi dari speaker lain yaitu psikolog. Acara dihentikan sejenak dengan adanya pengumuman dari panitia. Ternyata ada Ormas NU (Nahdhatul Ulama), GP Anshor yang kemudian memberikan komentar akan adanya acara ini dan mengaitkan dengan acara pro LGBT yang sebelumnya akan diadakan di FISIP UB dan hotel Swiss Bellin namun kemudian berhasil mereka gagalkan. Mereka mengatakan jika timing acara ini kurang tepat. Mereka tidak berniat membubarkan acara seminar ini – katanya. Mereka mengatakan jika visi dan misi mereka sama dengan panitia/ penyelenggara acara ini. Mereka mengajak peserta untuk ikut menolak kegiatan pro LGBT di Malang Raya. Mereka menginginkan adanya konsensus bahwa kegiatan seminar ini tidak akan mengarah pada usaha mendukung LGBT. Mengingat kelompok LGBT telah mendapat pencapaian dalam usaha pelegalan pernikahan sesama jenis. Tentu saja para peserta dan panitia menyetujui karena memang tujuan acara ini bukan untuk memberi dukungan kepada kelompok LGBT apalagi mendukung pelegalan pernikahan sesama jenis. Setelah dua orang wakil Ormas NU menyampaikan pandangan/ pendapat mereka kemudian mereka mempersilahkan panitia dan peserta melanjutkan acara seminar ini. Kemudian dari pihak UIN Maulana Malik Ibrahim Malang juga menyampaikan jika sebelumnya ada keberatan akan diadakannya acara ini. Namun acara ini tetap dilanjutkan dan mengundang ormas dan pihak yang keberatan dengan acara ini. Asumsi kami sebagai peserta mediasi telah dilakukan dan acara akan tetap diselenggarakan.

Kemudian panitia/ MC mengambil alih acara dan mempersilahkan untuk mengisi acara dengan game sebentar untuk sekedar refreshing katanya – atau dengan maksud mengurangi ketegangan. Baru beberapa menit peserta mengikuti intruksi yang diberikan untuk sekedar berdiri dan bermain, tiba-tiba acara sekali lagi dihentikan. Kemudian perwakilan panitia mengatakan bahwa mereka sudah berusaha keras untuk menyelenggarakan acara ini namun ternyata acara ini tidak bisa diteruskan. Peserta diminta untuk meninggalkan ruangan. Saya kurang tahu yang membubarkan acara ini apakah ormas yang sebelumnya telah sepakat untuk mempersilahkan dilanjutkannya acara ataukah pihak kampus UIN Malik Maulana Ibrahim, pihak kepolisian, atau pihak lain. Saya yakin peserta dan panitia kecewa dengan kejadian ini. Saya secara pribadi sangat kecewa.

Untuk mengurangi kekecewaan dan tetap berfokus pada usaha berbagi pengetahuan maka saya akan mengulas sedikit materi yang disampaikan Sinyo dan untuk medukung akan saya lengkapi dengan penjelasan yang saya dapat dari buku parenting beliau berjudul “Anakku Bertanya tentang LGBT”. Saya tidak dapat memberikan penjelasan lengkap pada seluruh materi karena belum semua disampaikan dan dibahas oleh pembicara karena keterbatasan waktu.           

Semoga postingan saya kali ini dapat memberikan gambaran kronologis kejadian pembubaran acara Seminar Nasional LGBT dan sedikit menjadi pengobat kehausan ilmu para pembaca blog saya.

Berikut ini beberapa istilah yang perlu kita pahami terlebih dahulu.
1. SSA (Same Sex Attraction)
Istilah ini digunakan untuk memaparkan bahwa seseorang mempunyai rasa ketertarikan seksual dengan sesama jenis (gender sejenis). Hal ini sebatas ketertarikan, akan berbeda dengan identitas seksual LGBT.
2. Homosexual
Homoseksual adalah identitas seksual selain heteroseksual dan biseksual. Di kebanyakan negara istilah homoseksual digunakan untuk menggambarkan dan menekankan pada tindakan hubungan seksual sesama jenis, baik didasari pada SSA ataupun tidak.
3. Gay dan Lesbian
Berbeda dengan SSA, gay dan lesbian mewakili identitas seksual. Jika anda tertarik dengan sesama jenis (SSA), anda belum dapat dikatakan sebagai gay sampai dapat menerima orientasi seksual tersebut dengan senang hati tanpa perlawanan sedikitpun atau tidak ada kegundahan ingin menjalani hidup seperti heteroseksual. Sebutan gay berlaku untuk laki-laki maupun perempuan, sedangkan istilah lesbian hanya digunakan untuk perempuan.
4. Bisexual
Istilah ini digunakan untuk menyebut identitas seksual dan atau orang yang mempunyai ketertarikan seksual kepada sesama jenis dan lain jenis.
5. Transexual dan Transgender
Transexual adalah sebutan untuk orang yang ingin merubah kebiasaan hidup dan orientasi seksualnya secara biologis, berlawanan dengan yang dimiikinya sejak lahir. Sedangkan transgender adalah istilah untuk menunjukkan keinginan tampil berlawana dengan jenis kelamin yang dimiliki.
6. Intersexual
Istilah ini digunakan untuk mendefinisikan seseorang yang secara biologis tidak dapat diklasifikasikan sebagai laki-laki maupun perempuan karena memiliki karakteristik keduanya.
7. Asexual
Istilah ini digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tidak memiliki ketertarikan seksual (sex orientation) kepada siapapun atau apapun.
8. LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, & Transgender)
Saat ini istilah ini lebih banyak digunakan untuk menggambarkan seseorang atau kelompok yang memilih identitas seksual selain heteroseksual. Saya katakan memilih karena individulah yang memutuskan dia akan hidup sebagai LGBT atau straight. Meski seseorang mempunyai SSA belum tentu dia akan memilih jalan sebagai LGBT.
9. Straight (Heterosexual)
Istilah ini digunakan untuk menyebut identitas seksual maupun orientasi seksual terhadap lawan jenis, atau lawan dari homosexual.
10. Homophobia
Istilah ini digunakan untuk menyebut tindakan atau orang yang anti-komunitas gay.

PENYEBAB, INDIKASI DAN ANTISIPASI
Menurut Sinyo penyebab dari munculnya SSA (Same Sex Attraction) pada seseorang berawal saat usia di bawah lima tahun (Balita). Menurut beliau usia tersebut adalah titik awal berbelok (pembentukan sudut pandang). Lalu apa saja yang dapat menjadi penyebab SSA, berikut diantaranya:
1. Anak butuh perlindungan (ketidaknyamanan) - salah model dikarenakan situasi atau kondisi yang memaksanya (terpaksa), hal ini dapat disebabkan antara lain karena:
a. Keluarga yang kurang harmonis atau broken home
b. Pola asuh atau mendidik anak dari bapak atau ibu yang otoriter (terlalu keras)
c. Dominasi ibu atau bapak
2. Anak yang terlalu dilindungi (over protected), hal ini dapat terjadi pada:
a. Anak bungsu (terakhir)
b. Anak tunggal
c. Anak satu-satunya dengan jenis kelamin berbeda
d. Anak yang dianggap istimewa; bisa karena kepandaiannya, ketampanan/ kecantikannya.
3. Anak yang bebas (liar) – tidak adanya role model, hal ini dapat terjadi pada:
a. Anak sulung (yatim dan/ atau piatu)
b. Anak satu-satunya dengan jenis kelamin berbeda
c. Anak dari keluarga yang sangat demokratis dibebaskan mengambil role model
d. Anak dari orang tua yang sibuk bekerja atau jarang berada di rumah (kurang kebersamaan)
 
Selanjutnya menurut Sinyo ada fase penguatan biasanya terjadi di umur enam sampai dengan sepuluh tahun:
1. Penguatan akibat trauma (luka jiwa), misalnya:
a. Kekerasan seksual (bagian dari pelecehan seksual)
b. Adegan kekerasan orang yang dicintai
2. Penguatan terhadap definisi – karakter:
a. Bully (penampilan, style, dan lain-lain)
b. Pola asuh (dandan, dan lain-lain)
c. Pilihan kesukaan (favorit film, karakter, dan lain-lain)

Umur 11 sampai dengan 14 tahun merupakan fase dimana anak mengalami kebingungan dan sekligus menjadi penguatan:
1. Seks pertama kali (keinginan/ mencari tahu) dari
a. Bacaan
b. Film
c. Dalam kehidupan nyata (termasuk kekerasan seksual)
2. Pemilihan kegiatan (mencoba mengatasi) antara lain:
a. Sepak bola
b. Pramuka
c. Membaca, menulis, puisi
d. Menari atau menyanyi (atau bidang kesenian lain)

Kemudian di usia 15 tahun ke atas merupakan fase pengkristalan
1. Self hypnosis (semakin jauh menyeret)
a. Bacaan (media, buku agama, dan lain-lain)
b. Ustadz (larangan, ketakutan, dan lain-lain)
c. Kelompok LGBT
2. Bergabung kelompok LGBT
3. Menyendiri (negatif)



“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena ALLAAH, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada ALLAAH, sesungguhnya ALLAAH Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(TQS. Al-Maidaah: 8)



 “Sesungguhnya ALLAAH menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya ALLAAH memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya ALLAAH adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

(TQS. An-Nisaa’: 58)



“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

 (TQS. Al-Hujaraat: 6)

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis’, maka lapangkanlah niscaya ALLAAH akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya ALLAAH akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan ALLAAH Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

(TQS. Al-Mujadilah: 11)

Monday 10 August 2015

ANTARA LGBT DAN SSA




“Ubahlah caramu berfikir, maka duniamu juga akan berubah.”
(Norman Vincent Peale)

     Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender (LGBT) menjadi isu hangat akhir-akhir ini. Khalayak mulai resah dengan fenomena pernikahan sesama jenis yang telah dilegalkan di berbagai negara. Salah satunya pelegalan pernikahan sesama jenis yang dilakukan pengadilan Amerika Serikat. Pelegalan pernikahan sesama jenis banyak menimbulkan pro dan kontra di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Masyarakat Indonesia ada yang mendukung LGBT namun ada pula yang menentang pelegalan nikah terhadap kelompok tersebut.

PERBEDAAN LGBT DENGAN SSA
     Berbeda dengan kebanyakan orang yang ribut soal pro dan kontra LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender), Agung Sugiarto, aktivis Lembaga Peduli Sahabat, justru menyikapinya secara berbeda. Melalui Peduli Sahabat, beliau berusaha memberi solusi bagi orang dengan Same Sex Attraction (SSA) yang ingin hidup di jalan agama dan adat setempat. Penulis buku “Anakku Bertanya tentang LGBT” dengan nama pena Sinyo Egie ini, mengatakan LGBT dan SSA merupakan dua hal yang berbeda meski dapat dikatakan berkaitan. Jika LGBT adalah identitas seksual maka SSA adalah orientasi (ketertarikan) seksual. SSA yang dimiliki seseorang bisa dianggap sebagai pemberian sekaligus ujian dari Yang Maha Kuasa.
Orientasi seksual dan identitas sosial tentu saja berbeda. LGBT adalah identitas sosial; semacam penerimaan diri, pencitraan, aktualisasi diri yang hadir sebagai lawan dari identitas Heteroseksual. Sedangkan SSA adalah orientasi seksual sesama jenis. Misalnya ada orang yang mempunyai SSA dan pernah melakukan tindakan seks sesama jenis tetapi dia tidak ingin menjadi LGBT maka kita tidak bisa menyebutnya LGBT. Masih banyak orang SSA yang tidak ingin menjadi LGBT, dia ingin hidup secara identitas Hetero seperti yang ada dalam agama atau adat setempat.

“Orang SSA belum tentu menjadi LGBT, namun orang yang LGBT sudah pasti termasuk SSA,” tegas Sinyo.

Mentor parenting dan dunia anak-anak yang akrab disapa Sinyo ini, menyampaikan jika ada niat orang dengan orientasi seks sesama jenis (SSA) dapat memilih identitas Heteroseksual dari pada memilih identitas Homoseksual atau LGBT. Sinyo menambahkan bahwa orientasi seksual dapat berubah tergantung situasi dan kondisi seseorang.
“Kita tidak boleh mengenalisir bahwa orang SSA tidak bisa berubah orientasi seksnya begitu juga dengan yang heteroseksual. Sebab jiwa seseorang itu tidak bisa disamakan antara satu dengan yang lain. Jiwa bukan ilmu pasti seperti matematika, karena jiwa masing-masing orang itu membawa pengalaman masing-masing,” jelasnya.

“Jiwa kitalah diri kita yang sesungguhnya, bukan tubuh fisik yang bisa ditunjuk dengan jari.”
(Cicero)

PEMICU SSA (SAME SEX ATTRACTION)
     Peduli Sahabat bukan hanya memberi pendampingan tentang menjalani hidup dengan baik meski mempunyai ketertarikan dengan sesama jenis (SSA) tetapi juga edukasi. Salah satunya tentang sebab yang menjadi pemicu seseorang mempunyai SSA.
Berdasarkan data klien Peduli Sahabat sejak 2008, terdapat tiga pemicu utama seseorang mempunyai SSA, yaitu:
1. Pemaksaan dalam mengambill role model yang salah
    Misalnya seorang anak laki-laki mengambil peran dari ibunya, atau sebaliknya, perempuan mengambil peran dari ayahnya. Pemaksaan ini disebabkan oleh beberapa hal seperti broken home, ketidakharmonisan keluarga, dominasi ibu, dominasi ayah, kekerasan rumah tangga, dll.
2. Over protective (terlalu dimanja atau terlalu dilindungi)
    Biasanya terjadi pada anak bungsu, tunggal, satu-satunya jenis kelamin dalam keluarga, anak istimewa (misalnya paling ganteng atau paling cerdas), atau anak dari keluarga broken home (dibesarkan oleh salah satu orang tua/ single parent).


“Membesarkan keluarga haruslah dianggap sebuah petualangan, bukannya disiplin berlebihan, tempat semua orang terus menerus dinilai dari perilaku mereka.”
(Milton R. Sapirsten)

3. Salah mengambil role model secara sukarela
     Berbeda dengan nomor satu, situasi dan kondisi anak diberi kebebasan memilih model sendiri, biasanya kedua orang tua sibuk kerja dengan materi berlimpah atau anak yatim-piatu. Jadi bisa saja secara hubungan keluarga harmonis tapi anak-anak dibiarkan memilih model tanpa diberi contoh atau pemberitahuan.

Semua pemicu itu terjadi pada masa Balita (usia di bawah lima tahun). Dalam perkembangannya akan mengalami penguatan. bisa jadi karena trauma jiwa seperti pelecehan seksual pola pengasuhan anak, atau yang lain. Kebanyakan hal ini terjadi di atas Balita.

“Anak-anak lebih membutuhkan teladan dan contoh, bukan kritik dan celaan.”
(Jouseph Joubert)

Nah, dengan begini para orang tua atau calon orang tua dapat mengambil pelajaran untuk mendidik anak dengan baik dan benar. Bagaimana menciptakan kondisi dimana anak merasa cukup, sejahtera, dalam hal ini kebutuhan atau hak-hak anak terpenuhi. Hak-hak atau kebutuhan apa sajakah itu?
1. Kebutuhan akan keamanan, ketenangan (perlindungan)
2. Kebutuhan fisik (misal: sandang, pangan, papan)
3. Kebutuhan emosional (misal: kasih sayang, perhatian)
Situasi dan kondisi keluarga serta lingkungan terdekat (misal: teman, tetangga, tempat bermain, sekolah) yang kondusif akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secara sehat.

“Dalam keluarga yang bahagia, semua anggotanya merasakan hal yang sama. Dalam keluarga yang sangat tidak bahagia, anggota-anggotanya punya kesedihan masing-masing.”
(Leo Tolstoy)

MENGUBAH ORIENTASI SEKSUAL
     Apakah orientasi seksual dapat berubah? Jawabnya bisa saja namun semua itu tergantung situasi dan kondisi seseorang.
Beberapa sahabat kita yang menjadi narasumber di Peduli Sahabat misalnya, dapat menjalani hidup sebagai orang dengan identitas Heteroseksual (menikah dengan lawan jenis, mempunyai anak, dll.) berdasarkan agama serta adat setempat.
“Di Peduli Sahabat, ada empat narasumber yang berhasil mengubah orientasi seksualnya,” ungkap Sinyo.
“Hampir sama dengan pecandu rokok, kalau dia mempunyai niat yang kuat untuk mengubah maka bisa diubah walau perlu waktu bahkan sampai wafat, sebaliknya jika niatnya lemah apalagi tidak mempunyai niat untuk berubah maka selamanya ia tidak bisa berubah,” lanjutnya.   
Tiga orang narasumber awalnya adalah individu dengan SSA kemudian menjadi heteroseksual. Sedangkan satu orang narasumber dari heteroseksual menjadi SSA kemudian berbalik lagi menjadi heteroseksual. Yang menarik di sini, seorang hetero pun dapat berubah menjadi SSA. Hal ini mengingatkan kita pada kaum di jaman Nabi Luth. Maka semua kemungkinan dapat terjadi, bukan?

     Metode yang digunakan Peduli Sahabat adalah metode dari empat narasumber yang telah berhasil mengubah orientasi seksualnya. Menurut metode tersebut ada beberapa tahapan agar mereka bisa mandiri.
“Kami biasanya memberikam 2 pilihan bagi mereka yang mau berubah. Pertama, proses perubahan bisa dilakukan bersama Peduli Sahabat dengan metode pendampingan. Kedua, dapat dilakukan sendiri dengan melihat tahapannya di buku ‘Anaku Bertanya tentang LGBT’,” tutup Sinyo.


Peran Peduli Sahabat adalah memberikan pendampingan kepada:
1. Individu non-heteroseksual yang ingin hidup di jalan agama dan adat setempat.
2. Keluarga (orang tua, anak, atau saudara kandung) yang bingung menyikapi keluarganya yang memiliki SSA.
3. Suami atau istri yang pasangannya memiliki SSA.
So, bagi sahabat yang peduli terhadap isu SSA dan LGBT, atau memiliki kecenderungan SSA silahkan bergabung di Peduli Sahabat.





[Sumber: Islampos, Group Peduli Sahabat, Rubrik Psikologi TVRI, dan sumber lain]