| Home | Book-Literature | Inspiring-Religion | Economy-Business | Social-Cultural-Languange | Politics-Conspiracy | Health-Sport | Music-Movie | Femininity-Parenting |

Saturday 22 March 2014

MAKNA FILOSOFIS LAGU “GUNDUL-GUNDUL PACUL”

Gundul gundul pacul-cul, gembelengan
Nyunggi nyunggi wakul-kul, gembelengan
Wakul ngglimpang segane dadi sak latar.”

      Tembang/ lagu daerah Jawa ini diciptakan tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis yang dalam dan sangat mulia. Kita akan membahas artinya satu-persatu.

Gundul adalah kepala plonthos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan dan kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Maka gundul artinya kehormatan yang tanpa mahkota.
Pacul adalah cangkul, yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. Pacul adalah lambang kawula rendah yang kebanyakan adalah petani.
Gundul pacul artinya bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Orang Jawa mengatakan pacul adalah Papat kang Ucul (empat yang lepas); artinya bahwa kemuliaan seseorang akan sangat tergantung empat hal; bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga, dan mulutnya.
1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat
2. Telinga digunakan untuk mendengar nasehat
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan
4. Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil
Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya.

Gembelengan artinya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya. Banyak pemimpin yang lupa bahwa dirinya sesungguhnya mengemban amanah rakyat, tetapi dia justru:
1. Menggunakan kekuasaannya sebagai kemuliaan dirinya
2. Menggunakan kedudukannya untuk berbangga-bangga di antara manusia
3. Dia menganggap kekuasaan itu karena kepandaiannya

Nyunggi wakul, gembelengan
Nyunggi wakul artinya membawa bakul (tempat nasi) di kepalanya. Banyak pemimpin yang lupa bahwa dia mengemban amanah penting membawa bakul di kepalanya.
Wakul adalah simbol kesejahteraan rakyat; kekayaan negara, sumberdaya dan pajak adalah isinya. Artinya bahwa kepala yang dia anggap kehormatannya berada di bawah bakul milik rakyat. Kedudukannya di bawah bakul rakyat. Siapa yang lebih tinggi kedudukannya, pembawa bakul atau pemilik bakul? Tentu saja pemilik bakul, pembawa bakul hanyalah pembantu si pemiliknya. Namun kenyataannya banyak pemimpin yang masih gembelengan (melenggak lenggokkan kepala dengan sombong dan bermain-main).

Akibatnya Wakul ngglimpang segane dadi sak latar: bakul terguling dan nasinya tumpah ke mana-mana.
Jika pemimpin gembelengan, maka sumber daya akan tumpah ke mana-mana. Dia tak terdistribusi dengan baik. Kesenjangan ada dimana-mana. Nasi yang tumpah di tanah tak akan bisa dimakan lagi karena kotor. Maka gagallah tugasnya mengemban amanah rakyat.

     Bukankah begitulah keadaan negeri kita sekarang ini?


[Sumber: Ecahyono.blogspot.com]


Dan DIA lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan DIA meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-NYA kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-NYA dan sesungguhnya DIA Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-An’aam: 165)

Dan itulah (kisah) kaum 'Ad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, dan mendurhakai rasul-rasul ALLAAH dan mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran).”
(QS. Huud: 59)

Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan ALLAAH. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan ALLAAH akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”
(QS.Shaad: 26)

BERIMAN NAMUN JUGA BERFIKIR [2]


“BERIMAN NAMUN JUGA BERFIKIR” [2]
Beberapa Jawaban dari Pertanyaan dan Pernyataan Irshad Manji
dalam Surat Terbukanya
(Beriman Tanpa Rasa Takut)
 

v  BAB 1: KENAPA AKU MENJADI ISLAM REFUSENIK?
  • “Di Kelas-Kelas Hari Sabtuku Aku Didoktrin: Kalau Kau Orang Beriman Kau Jangan Berfikir, Kalau Kau Berfikir Maka Kau Bukan Orang Beriman.” (Irshad Manji)
      Saya sangat tidak sependapat. Manusia diciptakan dengan akal pikiran, kita ciptaan paling sempurna. Kita beda dengan makhluk lain. Justru kita harus berfikir. Orang-orang pintar karena berfikir. Kita disuruh menghargai orang berilmu, kita diwajibkan menuntut ilmu, berfikir bukan?
Mungkin yang mengatakan hal di atas – seperti yang dikatakan Irshad Manji – hanya oknum yang tidak ingin Irshad Manji berfikir & terlalu berani menyampaikan hasil pemikirannya, baik Irshad Manji atau anak-anak lain yang kritis yang dapat membuat repot guru-guru madrasah tsb. :D  
      Yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa Irshad Manji perlu membedakan antara ajaran agama (agama yang ideal) sesuai tuntunan kitab suci, ajaran manusia, ajaran sistem buatan manusia, kebijakan pemerintah, tindakan-tindakan – buah dari pemikiran ataupun keyakinan – beberapa orang yang mempunyai latar belakang agama Islam atau yang lain. Semuanya berbeda, jangan dicampurkadukkan. Jadi jangan menilai Islam hanya dari perilaku oknum, kebijakan yang dibuat manusia, adat/ kebiasaan di suatu daerah. Bahkan diantara ulama pun berbeda pendapat tentang beberapa hal/ masalah. Hanya ALLAAH Yang Maha Tahu, Yang Maha Benar. Kita tidak bisa mengatakan seseorang salah atau benar dengan lantang – walaupun terkadang kita melakukannya – karena kemungkinan kita juga salah dan kita belum paham.
Begitupun saya, tidak pantas mengatakan apa yang ditulis Irshad Manji sepenuhnya salah atau sepenuhnya benar – selain karena memang belum seluruh isi bukunya telah selesai saya baca. :D Segala perkataan atau pendapat serta tindakannya tidak 100% saya sepakat tapi juga saya tidak mengatakan menentang. Karena bagaimanapun dia manusia yang punya pemikiran, keyakinan dan pengalaman yang mewarnai hidupnya. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar. Dan bagaimanapun saya percaya atas apa yang diungkapkan terkait pengalaman hidup yang dia alami. Kitapun punya pengalaman hidup yang berbeda yang kita alami di mana hal tsb dapat mempengaruhi cara pandang/ cara berfikir dan bertindak kita bukan?
      Saya benar-benar menghargai kebebasan berfikir Irshad Manji karenanyalah saya tergerak untuk menulis ini. Saya tergelitik dengan beberapa pertanyaan dan pernyataan yang diutarakan Irshad Manji secara jujur dalam buku/ surat terbukanya (Beriman Tanpa Rasa Takut). Yang bahkan orang muslim Indonesia mungkin sebagian tidak menyukainya.
        Saya mendengar berita bahwa orang-orang muslim yang tergabung dan menamakan dirinya pembela Islam atau dari berbagai golongan Islam yang lain yang menentang kedatangan perempuan ini ke Indonesia bahkan mengusirnya pada suatu acara. Apakah ini ajaran Islam yang sesungguhnya? Saya rasa tidak. Bahkan anak kecilpun tahu bahwa kita harus menghormati tamu, seburuk/ separah apapun kelakuannya atau kebencian kita padanya. Dalam hal ini Irshad Manji adalah tamu dari suatu kelompok dan diundang pada suatu acara. Apalagi dia adalah orang asing, perempuan pula. Tapi tetap saja akhirnya dia harus meninggalkan negeri ini tanpa pernah berdialog, bicara baik-baik atau bahkan bertatap muka dengan muslim yang menentang kedatangannya. Pihak kepolisian pun mendukung pengusiran tsb dengan alasan pihak panitia belum mengantongi ijin jika akan mengadakan acara tsb – Benarkah? Apakah harus? Tumben sekali polisi sependapat dengan kelompok yang biasanya mereka berseberangan? Hanya JIL (kelompok lain?) yang mendukung/ tidak berkeberatan dengan kedatangan Irshad Manji dan menyayangkan insiden pengusiran tsb. Apa karena Irshad Manji adalah juga seorang Islam Liberal/ JIL? Bukankah dia Islam Refusenik? – sampai sekarang saya belum paham dengan istilah yang dipakai Irshad Manji ini.
      Yang jelas saya tidak ingin cepat menyimpulkan sesuatu yang saya belum tahu dan benar-benar mengerti. Tapi jika saya boleh berpendapat – mungkin orang mengira saya sok pintar atau bahkan bodoh serta berfikiran liberal jika saya terlihat berseberangan (kurang sepaham) dengan pendapat muslim kebanyakan. Tapi coba terlebih dahulu ditanyakan berapa muslim yang tahu Irshad Manji saat itu? Berapa yang tahu insiden pengusirannya di indonesia? Apakah mereka sudah membaca semua isi bukunya? Mengenal perempuan ini secara mendalam? Atau tahukah apa tujuan dia ke sini? Seharusnya tidak serta merta mereka kalangan yang sedikit itu mengatakan mewakili umat Islam kemudian mengusir perempuan tsb dengan cara yang tidak baik menurut saya. Berapa jam perempuan tsb berada di negara kita? Tanpa melalui jalur dialog terlebih dahulu (bahkan Irshad Manji mengutamakan dan bersedia berdialog), pimpinan kelompok tsb langsung men-judge/ menghakimi perempuan tsb. Yang kita tahu mereka menyebutnya lesbian, liberal, membahayakan dan menghina Islam; tanpa masyarakat yang mayoritas muslim ini tahu apa maksud semua pernyataan tsb. Tidak ada penjelasan terkait itu, jikapun ada mungkin hanya sebagian dan tidak peduli.
        Kita seharusnya diberi kebebasan untuk berpendapat dan berkumpul, seperti termaktub dalam undang-undang. Bahkan agama sangat menghargai orang-orang berilmu/ pemikir, ALLAAH meninggikan mereka beberapa derajat dibanding yang lain. Tapi kenapa kita selalu disalahkan, ditentang, ditangkap, dikucilkan atau bahkan dibunuh hanya karena pemikiran kita, pendapat kita tidak sesuai? Tidak sesuai dengan siapa? Dengan orang kebanyakan atau dengan penguasa?  

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis’, maka lapangkanlah niscaya ALLAAH akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya ALLAAH akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan ALLAAH Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena ALLAAH, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada ALLAAH, sesungguhnya ALLAAH Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maidaah: 8)

·         Terkait Al-Qur’an
         Al-Qur’an memang adalah pedoman hidup untuk umat Islam dan juga rahmatan lil ‘alamin. Di mana banyak hasil penelitian/ study yang bersesuaian dengan Al-Qur’an, dan terbukti benar. Kitab suci ini adalah penyempurna kitab-kitab suci sebelumnya yang sekarang diragukan keasliannya. Mungkin banyak dari kita yang belum tahu tentang semua isi Al-Qur’an, walaupun sekarang sudah banyak terjemahannya. Saya akui secara pribadi saya kurang suka (atau bisa dikatakan malas karena bosan) membaca mukjizat Muhammad SAW tsb, dalam bahasa Arab. Saya lebih suka membaca artinya. Karena apa? Sejak kecil saya sudah diajari untuk ngaji di keluarga saya. Saya adalah anak termuda/ terkecil yang bisa membaca Al-Qur’an dan hatam beberapa kali dibanding anak-anak lain pada masa itu. Karena memang saya diharuskan membaca Al-Qur’an setiap malam oleh nenek dan ayah saya – terima kasih untuk mereka dan semoga ALLAAH memberkahi mereka. Namun sayangnya saya tidak mengerti isi/ artinya, karena Al-Qur’an dibaca tanpa terjemah dan saya tidak mendapat penjelasan tentang maknanya. Keluarga kami punya Al-Qur’an dengan terjemah saat saya berumur berapa tahun ya? Itupun yang sangat tebal sehingga malas, untuk membukanya saja membuat kantuk. Saya membeli Al-Qur’an dengan terjemah sendiri saat saya sudah kuliah. Kebanyakan dari kita – di lingkungan saya – hanya disuruh membaca tanpa perlu tahu artinya dan tidak ada kewajiban menghafal ayat-ayat Al-Qur’an kecuali surat-surat pendek serta keperluan doa. Inilah yang banyak terjadi di madrasah-madrasah di daerah yang kurang maju? Atau yang dikelola NU? – maaf saya tidak bemaksud menjatuhkan salah satu kelompok. Yang penting kita bisa membaca Al-Qur’an, hafal bacaan sholat, beberapa doa, tanpa mengerti artinya. Lalu bagaimana kita bisa menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dan petunjuk jika tidak mengerti maksudnya? Bagaimana kita dapat menjalankan perintah-perintah yang ada di dalamnya? Mungkin itu salah satu sebab mengapa kerajinan seseorang membaca Al-Qur’an atau shalat tidak diimbangi dengan akhlak yang baik atau masih saja melakukan tindakan yang dilarang agama (maksiat)? Itulah yang harus dibenahi dari sistem pendidikan agama kita. Syukurlah sekarang sudah banyak sekolah Islam yang maju – tapi ini sekolah formal dan kebanyakan swasta. Saya belum tahu dengan madrasah di daerah/ lingkungan saya bagaimana keadaannya sekarang. Kemungkinan tidak jauh berbeda karena ajaran (kebiasaan) dari warga di lingkungan saya membaca ya membaca sedang untuk memahami artinya biasanya mereka harus mondok dahulu, dan hanya kalangan berpunya serta memang ingin bergerak di bidang madrasah (ustadz/ ustadzah yang menjalaninya).  

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat ALLAAH (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan ALLAAH mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-‘Ankabuut: 45)
 “Sebenarnya, Al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu.  Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.”
(QS. Al-‘Ankabuut: 49)

·         Pertanyaan Irshad Manji: Mengapa Nabi Muhammad Memerintah Tentaranya untuk Membunuh Seluruh Kaum Yahudi Jika Al-Qur’an Memang Diwahyukan Kepadanya Sebagai Pesan Perdamaian?
       Dari mana sumber atau kesimpulan anda dapat dari pernyataan tsb? Di mana terdapat keterangan bahwa Muhammad SAW memerintah tentaranya untuk membunuh seluruh kaum Yahudi? Yahudi yang mana? Kapan?


“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, ‘Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi; yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya’. Musa berkata, ‘Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta’. Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari ALLAAH. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat ALLAAH dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.”
(QS. Al-Baqarah: 61)
“Dan setelah datang kepada mereka Al-Quran dari ALLAAH yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka la'nat ALLAAH-lah atas orang-orang yang ingkar itu.” (QS. Al-Baqarah: 89)
Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Berimanlah kepada Al-Quran yang diturunkan ALLAAH,’ mereka berkata, ‘Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami’. Dan mereka kafir kepada Al-Quran yang diturunkan sesudahnya, sedang Al-Quran itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah, ‘Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi ALLAAH jika benar kamu orang-orang yang beriman?’"
(QS. Al-Baqarah: 91)

·         Memang Benar Sejak Awal – Sebelum Kedatangan Muhammad SAW, Sebelum Ada Perintah Sholat, Sebelum Islam Ada – Sudah Ada Ajaran Agama Tauhid Yang Mempercayai Tuhan Itu Satu (Maha Esa).
       Ibrahim AS dengan kitab Zabur, Musa AS dengan kitab Taurat, Isa AS dengan Injil dan Muhammad SAW dengan Al-Qur’an, semuanya adalah Rasul ALLAAH yang diperintahkan agar menyebarkan ajaran Tauhid, menyembah Tuhan Yang Maha Esa, ALLAAH yang Islam sembah sekarang. Jadi bangsa Kan’an/ Babilonia/ Irak, Yahudi (Bani Israel), orang Mesir, orang Nazaret, orang Quraisy/ Arab semuanya seharusnya mempunyai/ mempercayai Tuhan Yang Satu (ALLAAH SWT). Dan kitab-kitab suci tsb wajib kita imani. Namun kenyataan/ sejarah di mana manusia berperan di dalamnya telah merubah hal tsb dengan tidak menuruti/ mempercayai, tidak menjalankan perintah tuhan, tidak mengimani utusan-utusan ALLAAH, tidak percaya kitab-kitab yang diturunkannya/ firman Tuhan. Malah menentang, memfitnah, mengusir, membunuh Rasul-Rasul tsb dan mengubah beberapa isi kitab tsb sehingga tidak sesuai dengan aslinya, tidak suci lagi.

“Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku,”
(QS. Al-Israa’: 2)
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain ALLAAH  dan (juga mereka mempertuhankan) Al-Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci ALLAAH dari apa yang mereka persekutukan.”
(QS. At-Taubah: 31)
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah ALLAAH dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus,  dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
(QS. Al-Bayyinah: 5)
“Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al-Quran) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa. Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu,  sedang kamu mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 41-42)
“Dan sesungguhnya ALLAAH telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan ALLAAH berfirman, ‘Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada Rasul-Rasul-KU dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada ALLAAH pinjaman yang baik  sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.  (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (ALLAAH) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya ALLAAH menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. Al-Maa’idah: 12-13)
“‘Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani?’ Katakanlah, ‘Apakah kamu lebih mengetahui ataukah ALLAAH, dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari ALLAAH  yang ada padanya?’ Dan ALLAAH sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Baqarah: 140)
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi ALLAAH hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat ALLAAH maka sesungguhnya ALLAAH sangat cepat hisab-Nya.”
(QS. Ali ‘Imran: 19)

·         Tidak Boleh Tertawa Berlebihan
       Tidak boleh tertawa berlebihan bukan berarti kita lebih baik bermuka masam kan? Kita justru diajarkan/ dianjurkan untuk murah senyum, bahkan dalam Islam senyum bernilai ibadah, senyum adalah sedekah. Bahagia tidaklah dilarang, senang-senang silahkan, tertawa adalah aktivitas yang sehat, yang tidak diperbolehkan adalah segala sesuatu yang berlebihan, termasuk tertawa berlebihan.


----------to be continued---------


Ø  Opini di postingan ini adalah semata tanggapan saya pribadi terkait isi Surat Terbuka/ E-Book Irshad Manji berjudul Beriman Tanpa Rasa Takut (Versi  Indonesia .) Dengan begitu komentar berupa jawaban ataupun pertanyaan belum bisa dikatakan semuanya menunjukkan pandangan saya. Mohon pembaca tidak rancu dengan kenyataan di lapangan, pernyataan, atau pertanyaan yang muncul. Tambahan berupa ayat-ayat Al-Qur’an semata-mata untuk mengingatkan dan membantu kita bersama. Semoga tulisan saya ini bermanfaat.  

[NB: Jika anda ingin mengetahui isi surat terbuka/ buku  Irshad Manji selengkapnya silahkan beli bukunya dan baca seluruh isinya atau bisa juga download e-booknya]  


Monday 17 March 2014


“BERIMAN NAMUN JUGA BERFIKIR” [1]
Beberapa Jawaban dari Pertanyaan dan Pernyataan Irshad Manji
dalam Surat Terbukanya
(Beriman Tanpa Rasa Takut)

  

v  SURAT TERBUKA
·         Korban Pemerkosaan yang Dihukum Rajam Karena Tuduhan Zina
          Sangat tidak fair, justru seharusnya korban dilindungi. Pemerkosanya yang harus dihukum berat.

“Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai ALLAAH memberi jalan lain kepadanya.”
(QS. An-Nisaa’: 15)
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri,  mereka ingat akan ALLAAH, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada ALLAAH? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”
(QS. Ali ‘Imran: 135)
 “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.”
(QS. An-Nuur: 4)
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar,”
(QS. An-Nuur: 23)
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
 (QS. Al-Hujaraat: 6)
 “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena ALLAAH, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada ALLAAH, sesungguhnya ALLAAH Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al-Maidaah: 8)
 “Sesungguhnya ALLAAH menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya ALLAAH memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya ALLAAH adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(QS. An-Nisaa’: 58)
 
·         Wanita Ditangkap Karena Memakai Baju Warna Merah Saat Valentine
         Di sini tidak jelas apakah hanya karena warna baju atau karena ikut merayakan valentine sehingga wanita tsb ditangkap? Dan setelah ditangkap apa yang dilakukan terhadap wanita tsb?
      Bagaimanapun valentine bukanlah ajaran Islam. Ini bukan tentang kebahagiaan tapi kepercayaan & ritual. Valentine dilihat dari sejarahnya (dengan berbagai versi) semuanya mengindikasikan bahwa muslim tidak perlu/ tidak boleh merayakannya. Dan jika benar valentine terkait kepercayaan/ akidah maka yang merayakannya berdosa (jika dia mengetahui hal tsb tapi tetap melakukannya). Beda kasus jika dia tidak tahu/ tidak mengerti atau hanya sekedar terjebak dalam lingkungan/ sistem yang mengharuskannya (terpaksa), maka kita tidak bisa/ punya kewenangan mengukur dosanya. Karena bahkan jika ada orang yang terpaksa menutupi imannya demi keselamatan/ kehormatan dirinya dan keluarga, hal tsb diperbolehkan. 
            Kembali soal penangkapan, saya fikir jika wanita tsb ditangkap hanya karena alasan tsb itu sangat tidak bijak. Memberikan pengertian, sosialisasi, pendidikan (edukasi) dan penerangan yang harusnya didahulukan agar orang-orang mengetahui tentang valentine dan hukum merayakannya. Di sekolah saya pun tidak pernah dibahas soal valentine, saya tahu bukan dari sekolah atau buku teks sekolah tapi dari membaca-baca buku sendiri dan mencari tahu dari sumber lain, dan baru saya ketahui saat SMA. Jadi sangat wajar jika ada banyak pemuda & pemudi yang ikut merayakannya semata-mata karena ikut-ikutan teman & acara yang sering diadakan, sedang mereka memang tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Selanjutnya berdialog adalah hal yang paling pantas/ tepat. Jikapun mereka tetap tidak peduli, itu bukan kewajiban kita lagi, bahkan agama sekalipun tidak boleh dipaksakan.



“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
(QS. Al-Hujaraat: 6)
 “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri,  mereka ingat akan ALLAAH, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada ALLAAH? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”
 (QS. Ali ‘Imran: 135)
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena ALLAAH, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada ALLAAH, sesungguhnya ALLAAH Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al-Maidaah: 8)
 “Sesungguhnya ALLAAH menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya ALLAAH memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya ALLAAH adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(QS. An-Nisaa’: 58)

·        Siapa Penjajah Kaum Muslim Sesungguhnya? (Amerika atau Bangsa Arab?)
                Bisa siapa saja menurutku. Jika pertanyaannya diajukan khusus Arab atau Amerika, itu sangat tidak fair. Maka menurutku seorang Irshad Manji tidak ada bedanya dengan kebanyakan orang yang dia tentang/ tidak disukai terkait dengan anti semit – rasis – karena itu sama saja bukan?

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena ALLAAH, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada ALLAAH, sesungguhnya ALLAAH Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al-Maidaah: 8)

·         Seruan Al-Qur’an Membenci Kaum Yahudi? (Di mana? QS?)
      Yahudi kan bisa bangsa, agama, darah/ keturunan ataupun kewarganegaraan. Yudaisme berbeda dengan Zionisme/ Yahudi Talmudian/ Israelis, seharusnya Irshad Manji sudah tahu hal ini kan? Benar bahwa beberapa Nabi dan Rasul bahkan adalah juga bangsa Yahudi, jadi tidak mungkin ALLAAH menyuruh kita membenci mereka bukan? Justru Yahudi sendirilah yang dulu tidak menerima mereka (Nabi/ Rasul dari bangsa mereka sendiri), durhaka – kecuali yang beriman tentu saja.
       Anti Zionis/ Israel terkait pendudukan, penjajahan dan pembantaian di Palestina, ini bukan semata-mata karena sentimen/ tentang agama atau ras, tapi lebih dari itu, ini sudah masuk isu kemanusiaan, keadilan dan kebebasan.  

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena ALLAAH, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada ALLAAH, sesungguhnya ALLAAH Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al-Maidaah: 8)
Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Berimanlah kepada Al-Quran yang diturunkan ALLAAH,’ mereka berkata, ‘Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami’. Dan mereka kafir kepada Al-Quran yang diturunkan sesudahnya, sedang Al-Quran itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah, ‘Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi ALLAAH jika benar kamu orang-orang yang beriman?’"
(QS. Al-Baqarah: 91)


----------to be continued---------



Ø  Opini di postingan ini adalah semata tanggapan saya pribadi terkait isi Surat Terbuka/ E-Book Irshad Manji berjudul Beriman Tanpa Rasa Takut (Versi  Indonesia .) Dengan begitu komentar berupa jawaban ataupun pertanyaan belum bisa dikatakan semuanya menunjukkan pandangan saya. Mohon pembaca tidak rancu dengan kenyataan di lapangan, pernyataan, atau pertanyaan yang muncul. Tambahan berupa ayat-ayat Al-Qur’an semata-mata untuk mengingatkan dan membantu kita bersama. Semoga tulisan saya ini bermanfaat.  

[NB: Jika anda ingin mengetahui isi surat terbuka/ buku  Irshad Manji selengkapnya silahkan beli bukunya dan baca seluruh isinya atau bisa juga download e-booknya]  
 

PENDENGAR YANG BAIK



Banyak orang bisa 'bicara' namun sedikit yang mau 'mendengar'. Padahal jika kita mau kembali ke hukum alam, seharusnya kita lebih banyak mendengar daripada bicara. Bukankah ALLAAH memberi kita dua telinga dan hanya satu mulut? Begitupun jika kita saksikan pada bayi yang baru lahir, indra pendengaran lebih dulu berfungsi daripada yang lainnya kan?
Lalu mengapa mendengar lebih susah daripada berbicara dan banyak orang yang lebih suka didengarkan daripada mendengarkan?

            Mendengarkan merupakan bagian esensi yang menentukan komunikasi efektif. Tanpa kemampuan mendengar yang baik bisa saja muncul banyak masalah. Yang sering terjadi adalah kita merasa bahwa kitalah yang paling benar, paling kompeten dan tidak pernah melakukan kesalahan. Terkadang kita tidak tertarik untuk mendengarkan opini yang berbeda dan hanya tergantung pada cara kita. Jika kita selalu merasa bahwa diri kita benar dan cara kitalah yang paling tepat, itu berarti kita tidak pernah mendengarkan. Ide dan opini kita sangat sulit untuk diubah jika fakta tidak mendukung keyakinan kita, bahkan bila ada fakta pun kita mungkin hanya akan sekedar meliriknya saja. Mungkin saat ini kita nyaman dengan cara kita tapi untuk jangka panjang orang-orang akan menolak dan membenci kita. Jika kita mau mulai mendengarkan orang lain, suatu saat kita akan menyadari kesalahan kita.

            Jawaban untuk mengatasi sifat tsb adalah mengasah skill mendengar aktif. Mendengar tidak selalu dengan tutup mulut namun juga melibatkan partisipasi aktif kita. Mendengar yang baik bukan berharap datangnya giliran berbicara. Mendengar adalah komitmen untuk memahami dan menghargai pembicaraan serta perasaan lawan bicara kita. Pada saat yang sama kita juga bisa mengambil manfaat yang maksimal dari pembicaraan tersebut.

            Seni mendengar dapat membangun sebuah relationship. Jika kita melakukannya dengan baik, orang-orang akan tertarik pada kita dan interaksi kita akan semakin harmonis.

Berikut Teknik menjadi Pendengar yang Baik:
1. Peliharalah kontak mata dengan baik.
   Ini menunjukkan kepada lawan bicara tentang keterbukaan dan kesungguhan kita.  
2. Condongkan tubuh ke depan.
 Ini menunjukkan ketertarikan kita pada topik pembicaraan, cara ini juga akan mengingatkan kita untuk memiliki sudat pandang yang lain, yaitu tidak hanya fokus pada diri kita.   
3. Buat pertanyaan ketika ada hal yang butuh klarifikasi atau ada informasi baru yang perlu kita selidiki dari lawan bicara kita.   
4. Buat selingan pembicaraan yang menarik.
 Hal ini bisa membuat percakapan lebih hidup dan tidak monoton.   
5. Cuplik atau ulang beberapa kata yang diucapkan oleh  lawan bicara kita.
 Ini menunjukkan bahwa kita memang mendengarkan dengan baik.
6. Buatlah komitmen untuk memahami apa yang lawan bicara katakan meskipun kita tidak suka atau marah.
            Dari sini kita akan mengetahui nilai-nilai yang diterapkan lawan bicara kita, yang mungkin berbeda dengan nilai yang kita terapkan. Dengan berusaha untuk memahami, bisa jadi kita akan menemukan sudut pandang, wawasan, persepsi atau kesadaran baru yang tidak terpikirkan oleh kita sebelumnya.

            Seorang pendengar yang baik sebenarnya hampir sama menariknya dengan pembicara yang baik. Jika kita selalu pada pola yang benar untuk jangka waktu tertentu maka suatu saat kita akan merasakan manfaatnya. Prosesnya mungkin akan terasa lama dan menjemukan, tapi lama-kelamaan akan terasa berharganya upaya yang telah kita lakukan. Kita akan merasa lebih baik atas diri kita, hubungan kita, teman-teman kita, anak-anak kita, maupun pekerjaan kita.

            So, mari belajar dan berusaha untuk menjadi pendengar yang baik. Karena itu bisa menjadi kunci untuk mengembangkan pikiran yang positif dan merupakan salah satu tangga kita untuk mencapai kesuksesan!


[Sumber: AsianBrainNewsletter.com oleh Anne Ahira]


“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan  dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
(QS. Luqman: 19)