| Home | Book-Literature | Inspiring-Religion | Economy-Business | Social-Cultural-Languange | Politics-Conspiracy | Health-Sport | Music-Movie | Femininity-Parenting |

Sunday 5 October 2014

INDIKASI KEHANCURAN ISRAEL

      Tahun 2014 menjadi tahun ke-66 penjajahan Israel atas tanah Palestina, sebuah catatan yang panjang sekali. Selama dalam kurun waktu tersebut, sekarang ini, hampir 80% wilayah Palestina sudah berhasil dikuasai oleh Zionis. Sehubungan dengan paham Anti-Semit yang merebak, banyak bangsa Yahudi yang “kembali” ke Israel (dalam bahasa Ibrani disebut dengan istilah “aliyaa”).
Paham Anti-Semit terjadi sedemikian rupa di luar perkiraan Israel sendiri. Isu Holocaut yang selama ini dijadikan pelindung bagi Yahudi, perlahan-lahan mulai surut dan bahkan banyak masyarakat Eropa sendiri yang tidak percaya kepada Holocaust sebenarnya. Di dalam negeri pun Israel tengah bertempur, para pemimpinnya saling sikut dan berebut kekuasaan. Friksi ini diyakini akan mengakibatkan tersendatnya kesatuan paham di antara mereka sendiri. Di sisi ekonomi, negara-negara yang selama ini memberikan bantuan kepada Israel mulai menuai protes dari rakyatnya untuk menghentikan kebijakan itu. Otomatis Israel menjadi sedikit limbung. Salah satu yang membuat Israel melakukan agresi ke Gaza pada tahu 2009 salah satunya adalah untuk mencari sumber minyak baru dan air. Sudah beberapa waktu belakangan ini, Israel dilanda kekeringan. Sementara Hamas, sebagai penentang Israel nomor 1, seperti diprediksi banyak orang, malah semakin kuat pasca-agresi ke Gaza. Beberapa hal tersebut oleh beberapa pengamat dijadikan sebagai indikasi ambang kehancuran negara Zionis yang ilegal. Uniknya, para analis Israel sendiri tidak menampik kekhawatiran ini. 

Inilah beberapa indikasi  kehancuran Israel:
1. Sebagai negara penjajah Israel jelas kehilangan kemampuannya untuk melakukan peleburan dengan bangsa lain di kawasan Timur Tengah. Ini karena Israel hampir tidak beda dengan Barat dan merupakan kepanjangan kepentingan dan politik mereka di Timur Tengah. Misalnya saja dengan Mesir. Meski pada intinya pemerintah Mesir berkongsi dengan Israel, namun masyarakatnya sendiri jelas-jelas menolak Zionis dalam bentuk apapun.
2. Israel mengalami ketimpangan secara demografi melawan pertumbuhan warga Arab. Hal ini nyata menimbulkan rasialisme terhadap warga Israel dari keturunan Arab dan terhadap warga Palestina. Israel akan berubah, seperti nasib Afrika Selatan pada masa rasialisme Apartheid. Pada akhirnya legalitas Israel akan tercerabut dan mereka akan dimusuhi. Fenomena ini sekarang sudah muncul secara internasional. Meski dukungan terhadap Yahudi di Amerika begitu kuat, mayoritas negara dunia tidak sepakat dalam hal ini. Apalagi jika strategi politik Arab menyerukan solusi satu negara dan bukan dua negara dalam menyelesaikan masalah konflik Palestina Israel.
3. Dunia semakin sadar tentang apa yang terjadi di Timur Tengah. Ini artinya tekanan masyarakat internasional terhadap pemerintah-pemerintahan mereka akan semakin kuat agar memiliki politik tegas terhadap Israel. Di Israel sendiri mulai ada sejumlah organisasi swasta mendukung aksi Anti-Israel dan melakukan aksi internasional melawan cara-cara Israel menghancurkan rumah warga Palestina dan pengusiran mereka. Dengan berangsurnya kemajuan ekonomi Negara-negara Timur Tengah, perimbangan dan bargaining perdagangan dengan sejumlah Negara akan mulai memaksa negara lain untuk mendukung kepentingan Arab. Secara otomatis Israel akan tercekik. Resesi ekonomi global menjadi jalan pembukanya.
4. Menurunnya jumlah militer Israel sebab jumlah kelompok usia tua militer Israel semakin tinggi. Di samping naiknya jumlah kelompok Yahudi ekstrem "harayadam" yang menolak bergabung dalam militer Israel. Sekarang ini, persentase mereka sudah mencapai sembilan persen dari warga Israel. Perang yang dilakukan Israel akan menimbulkan kerugian nyawa yang tidak terkira. Sementara bangsa Palestina, seperti yang sudah-sudah dan telah dibuktikan, akan selalu bisa bertahan dalam kondisi seperti ini.
5. Israel mengalami masalah sosial dan politik internal yang krusial. Perpecahan antara Kadima dan Likud akan terus berlanjut.  
6. Kelas terpelajar sekuler dari Barat mereka eksodus balik. Sehingga di Israel hanya akan tersisa kelompok ekstrem dalam politik dan agama. Perseteruan dua kelompok ini sangat panas sebab satu sama lain mengkafirkan.
7. Ekstremis dan fanatisme kelompok di Israel akan saling menghabisi. Ini barangkali yang digambar dalam Al-Quran, "kalian kira mereka berkumpul tapi hati mereka terpecah".

     Insya Allaah untuk postingan berikutnya saya akan membahas tentang sepak terjang kelompok-kelompok yahudi sebelum Israel berdiri di tanah Palestina.




[Sumber: Eramuslim.com]

Thursday 2 October 2014

YAHUDI BANGSA YANG TERKUCILKAN DARI EROPA

   “Dapatkah bangsa Yahudi tinggal di Eropa?” Mendengar pertanyaan ini, agak sulit untuk percaya, namun setelah 70 tahun berlalu dalam ketenangan, apakah memang masih ada tempat untuk eksistensi Yahudi di Eropa? Apakah tahun ini, bangsa Yahudi bisa tinggal di daratan ini, dalam sebuah komunitas tersendiri? Jawabannya, tersimpan di balik beberapa kejadian dan peristiwa yang terjadi berkaitan dengan bangsa Yahudi yang berdiaspora. Jangankan dalam sebuah komunitas secara perorangan pun, tingkah laku dan sifat mereka yang sejak dulu memang selalu tidak disukai.

     Pada masa yang lampau seorang Yahudi tidak bisa lagi berjalan tenang dengan menunjukan identitas keyahudiannya. Mereka tak lagi leluasa mengunjungi institusi Yahudi yang tidak dijaga oleh keamanan dan polisi, mereka sering merasa ketakutan dan akhirnya memilih untuk tidak keluar rumahnya. Mereka akan terus begitu dan hanya bisa ceria lagi manakala bertemu dengan kolega mereka, di sekolah, atau beberapa tempat lain. Di situlah mereka akan bisa memperlihatkan identitas diri mereka.
Turki, Prancis, dan Inggris seakan berubah menjadi neraka bagi orang Yahudi. Mereka harus menyembunyikan Bintang David dan pakaian unik mereka, dan sinagog sama sekali bukan tempat perlindungan yang baik. Jika kita amati, di Turki dan Itali, setiap toko yang dimiliki oleh orang Yahudi selalu saja dijaga oleh polisi. Perlahan-lahan bangsa Yahudi dipaksa pada sebuah kenyataan bahwa mereka adalah  suatu kaum yang diasingkan. Pengamat Israel menyimpulkan, Yahudi sekarang dalam keadaan ketakutan, malu dan patuh.

     Kebencian Eropa terhadap bangsa Yahudi sebenarnya mempunyai akar sejarah ratusan tahun. Sejak lama di berbagai negara Eropa, bangsa Yahudi mengalami diskriminasi. Penolakan mereka untuk beralih menjadi Kristen menyebabkan mereka dikucilkan dan tidak diterima sebagai warganegara. Mereka dipandang sebagai bangsa ingkar yang sudah dibuang Tuhan dan dicerca sebagai pembunuh Yesus. Penolakan mereka untuk memuliakan raja menyebabkan patriotisme mereka diragukan. Sedangkan di Eropa, hampir separuhnya menganut sistem monarki. Tidak heran jika mereka dilarang memiliki tanah dan banyak pekerjaan tertutup bagi mereka.

     Pada abad pertengahan, orang Yahudi hanya boleh tinggal di bagian-bagian khusus kota yang disebut ghetto, perkampungan yang dikelilingi tembok dan gerbangnya dikunci pada malam hari. Penghuni ghetto dilarang keluar pada hari-hari tertentu, misalnya pada hari wafatnya Yesus.
Kebencian yang tertanam tersebut sewaktu-waktu meledak menjadi kerusuhan luas berupa penjarahan dan pembantaian. Pada masa Perang Salib pertama tahun 1096, bangsa Yahudi mengalami pembantaian besar-besaran di Lembah Rhein. Pada akhir abad ke-13 orang Yahudi diusir secara besar-besaran dari Inggris,dan pada akhir abad ke-14 dari Prancis. Tahun 1492 pengusiran terbesar terjadi di Spanyol. Kepada orang Yahudi diberi dua pilihan, beralih memeluk agama Kristen atau angkat kaki. Hampir 150 ribu orang meninggalkan Spanyol, pindah ke negara-negara Islam di sekitar Laut Tengah. Yang tinggal mengalami penindasan karena ternyata hanya berpura-pura memeluk agama Kristen. Banyak diantara mereka yang dihukum bakar.

     Keadaan pemeluk Yahudi membaik seiring dengan revolusi dan kebangkitan kapitalisme di Eropa. Tahun 1743 pemeluk Yahudi di Inggris diakui sebagai warga negara. Bahkan di masa Ratu Victoria, seorang Yahudi bernama Benjamin Disraeli menjadi perdana menteri. Revolusi Perancis mengubah kehidupan orang Yahudi. Untuk pertama kalinya setelah seribu tahun mereka diakui sebagai warga negara tempat mereka tinggal.
Lantas bagaimana dengan keamanan di negeri-negeri Eropa ini?  
Anti-Semitisme adalah fenomena Eropa, dengan jutaan orang yang sekarang tersebar di daratannya dan memantik konflik dengan Israel dan Yahudi. Krisis ekonomi global menjadi isu pendukung bahwa Yahudi memang penyebab semuanya. Trend ini berkembang pesat di seluruh dunia bahkan kondisi Israel persis seperti dulu – terpojok dan terkucilkan.

     Setelah Perang Dunia II, Yahudi selalu menempel di negara-negara yang kaya. Tapi Yahudi sekarang mempunyai negara; negara yang kaya dan sukses dengan standar Eropa. Pendapatan perkapita penduduk Inggris saat ini adalah $39,000 dan Israel sudah mencapai $29,000! Israel bahkan sekarang sudah menjadi 10 negara terkaya di dunia. Kini, ketika Anti-Semit meluas, pemerintah Israel sudah menyerukan semua bangsa Yahudi di Eropa untuk menetap di Israel (tanah rampasan hasil menjajah Palestina).
Pemerintah Israel menegaskan pada warganya bahwa mereka memiliki tanah air, jadi mengapa harus menjadi warga negara kelas dua di negeri lain? Mengapa menjadi takut akan identitas Yahudi? Jika saja orang Yahudi mau tinggal di Palestina maka nasib 750.000 anak-anak Yahudi yang tersebar di Eropa Barat akan mempunyai masa depan yang jelas. Inilah tujuan obyektif dari Zionisme. Bukankah ketika datang pertama kali ke tanah ini, Zionisme begitu menginginkan rumah pelindung untuk bangsa Yahudi?
Ketika seluruh dunia mengancam bangsa Yahudi maka menetap di Palestina sama sekali bukan masalah bagi bangsa Yahudi, melainkan solusi.

     Insya Allaah untuk postingan berikutnya saya akan membahas tentang sepak terjang kelompok-kelompok yahudi sebelum Israel berdiri di tanah Palestina.





BERANI BERMIMPI DAN MEWUJUDKANNYA

     Kali ini saya akan berbagi cerita tentang seorang Internet Marketer sukses yang juga pendiri sekaligus CEO Asian Brain bernama Anne Ahira. Ini tentang perjalanannya ke Korea Selatan. Yuk disimak!


   Sejak kecil saya selalu ingin berkelana. Saya ingin terbang, tinggi, bebas, lepas, seperti burung. Lalu akhirnya dengan menjadi seorang internet marketer saya bisa mendapatkan apa yang saya inginkan, pergi melanglang buana ke banyak negara.
                                                
   Hari pertama  saya menginjakan kaki di Seoul, saya berkata, "Kaki, hari ini kamu jadi Raja. Saya akan mengikuti segala keinginanmu silahkan kamu berjalan ke mana pun kamu mau saya akan mengikutimu!" Itu memang kata-kata yang sering saya lontarkan setiap kali saya pergi ke luar negeri. Berkomunikasi dengan kaki, memang konyol kedengarannya tapi saya tidak mengada-ada bahwa yang sering terjadi malah hal yang saya anggap luar biasa. Ketika saya memberi kaki keleluasaan untuk membawa saya ke manapun dia mau dan tanpa peta, dia sering membawa saya ke tempat-tempat yang pernah saya impikan dari dulu! Aneh? Memang, tapi nyata! Sepertinya kaki ini tahu apa keinginan saya waktu dulu dan dia menyimpannya di 'memori kaki' hingga akhirnya dia membawa saya ke sana. :D
 
    Ceritanya dulu, ketika kecil saya senang sekali nonton film kungfu. Saya masih ingat dibelikan sepatu kungfu oleh mama saya dan selalu saya pakai setiap hari tanpa mau dilepas. Saat itu saya membayangkan saya adalah bagian dari sebuah kerajaan kuno dan tinggal di tempat Raja. Setiapkali sebelum tidur, saya suka ngomong  sendiri 'cang cing cong' membayangkan saya sedang ngobrol dengan sekumpulan prajurit raja dan saya adalah Ratu mereka atau salah satu pendekar dari kerajaan mereka.

   Kembali ke perjalanan...

     Hari pertama saat saya tiba di Seoul, saya memutuskan untuk jalan-jalan sore. Sampai saya tiba di sebuah persimpangan jalan. Mata saya sebenarnya melirik ke sebelah kanan, karena di seberang sana terlihat ada pameran dan kelihatannya cukup ramai. Tapi justru kaki mengajak saya untuk terus berjalan ke arah yang berlawanan (ke arah kiri)! Waktu saya lihat, di sebelah kiri itu tidak ada apa-apa! Tapi saya pikir saya tidak mau berkhianat. Hari ini kaki menjadi Raja, jadi saya ikuti saja keinginanan dia daripada keinginan mata.  
Setelah berjalan beberapa saat, tiba-tiba saya mendengar suara tetabuhan, “Dung...Dung...Dung...Dung....” dan suara itu datangnya persis dari arah di mana kaki saya mengajak saya untuk berjalan! Dalam hati saya bertanya,"Mau mengajak ke mana kamu kaki?" Saya ikuti suara itu, sesuai arah ke mana kaki ingin berjalan! Semakin keras suara tetabuhan itu terdengar, semakin kaki ini mengajak saya untuk berlari.

    Sampai akhirnya saya ada di tempat ini. Tempat yang pernah saya impikan waktu saya kecil dulu, di mana saya ingin berdiri di dekat sekumpulan prajurit Raja. 
Saya langsung terdiam, kaget, dan tercengang! Tubuh saya tiba-tiba terasa gemetar dan saya seperti melayang! Bagaimana kaki saya bisa membawa saya ke tempat ini tanpa rencana dan tanpa peta? Kota Seoul itu sangat luas tapi bagaimana kaki bisa mengajak saya untuk berjalan pertama kali ke tempat yang satu ini? Tempat yang pernah saya impikan dan mimpi itu telah menjadi kenyataan! 
Saya pun menangis. Saya menangis sebagai tanda syukur kepada Yang Maha Kuasa. DIA begitu mencintai saya. Segala mimpi saya selalu DIA kabulkan. Mimpi saya sekecil apapun, meski saya harus menunggu selama 20 tahun, tapi DIA mengabulkannya! 
Untuk kebanyakan orang mungkin melihat pemandangan itu merupakan hal biasa, tapi bagi saya itu luar biasa. Karena pemandangan yang saya lihat waktu itu persis sama seperti yang ada dalam bayangan saya dulu!
 
       Ketika kecil saya pernah menggunting sebuah foto untuk kemudian saya perbanyak foto itu dengan cara diphotocopy (karena tidak punya uang) lalu saya tempelkan foto tersebut pada gambar kota-kota di dunia. Saya bilang kepada mama saya, "Suatu saat saya akan keliling dunia". Setiap orang yang masuk ke kamar saya waktu itu pasti tertawa karena mereka melihat foto saya yang berbentuk photocopy tertempel di mana-mana.  Ya, saya tempelkan satu per satu foto saya pada gambar yang berbeda yaitu kota-kota dunia yang saya ambil dari potongan kalender. Setiap malam sebelum pergi tidur saya selalu pandangi gambar itu satu persatu. Mengkhayal, “Oh iya..ya.. saya tadi sudah dari sana". 
Konyolnya lagi, ketika kecil saya juga sering menulis surat ke Kedutaan Besar setiap negara, minta informasi tentang negara-negara mereka, seolah-olah saya mau pergi ke negara mereka bulan depannya! “Tolong Pak, kirimkan segera informasi tentang negara Anda, berikut peta-petanya ya karena saya mau kesana." :D

   Secara logika, siapapun waktu itu mungkin berfikir "Bagaimana bisa seorang Ahira keliling dunia? Ibunya hanya seorang penjual pisang goreng keliling, bapaknya buruh pabrik biasa yang juga punya kerja tambahan sebagai sopir angkot."

Tapi percayakah jika saya katakan semua kota/ negara yang gambarnya pernah saya tempel dulu akhirnya semuanya bisa saya kunjungi!

   Saya pergi bukan dapat ongkos dari orang lain melainkan dari hasil keringat dan kerja keras sendiri, yaitu dari usaha saya menjalankan Internet Marketing. Kalau dulu hanya angan-angan, sekarang saya bisa pergi kapan pun dan ke manapun saya mau. Setiap berkelana, saya selalu menginap di hotel bintang 5, menikmati pemandangan yang luar biasa dan masih banyak lagi. Anehnya, tidak jarang setiap kali saya pergi ke suatu negara, saya sering punya perasaan, sepertinya saya sudah pernah ke sini? Mungkin karena saya pernah memimpikannya dulu?
Entahlah, yang jelas saya memang tidak pernah punya keraguan sedikitpun saat saya bermimpi. Saya selalu membiarkan mimpi saya mengalir apa adanya, tidak pernah ada penolakan dalam pikiran hingga semua itu benar-benar datang dan menjadi kenyataan!

   Nah, pelajaran apa yang bisa kita ambil dari pengalaman di atas? 
Anne Ahira menuliskannya dalam satu kalimat,
"Masa depan adalah milik siapa yang percaya pada keindahan mimpi mereka!"

Semoga pengalaman Anne Ahira tsb dapat menjadi inspirasi kita ya... :)

RELATED POSTS:
HARAPAN
KECERDASAN EMOSIONAL
PERCAYA DIRI
CIPTAKAN KEBERUNTUNGAN
KELUAR DARI ZONA NYAMAN
KESUKSESAN SEJATI
BAHAGIA


[Sumber: AsianBrainNewsletter.com oleh Anne Ahira]



“Ibrahim berkata, ‘Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat.’ ”
(QS. Al Hijr: 56)

“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepadaKU niscaya akan AKU perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembahKU akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina’”.
(QS. Al-Mu’min: 60)

BARACK HUSEIN OBAMA, ZIONISME & MIDDLE EAST

    Sejak Barack Husein Obama terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-44, dunia ingin merasakan angin perubahan. Dunia berharap banyak pada Obama, setidaknya dia bisa merealisasikan janji-janjinya saat kampanye yaitu change (perubahan). Obama diharapkan mampu merubah citra AS di mata dunia. Sayangnya harapan itu hanya harapan kosong. AS bukanlah negara demokratis sebagaimana mereka dengungkan. Pemilu di AS hanyalah dagelan politik murahan buatan Zionis Yahudi. Siapapun yang akan menjadi presiden di AS harus mendapat restu Zionis Yahudi, begitupun dengan Barack Obama. Sehingga mengharap pada Obama sama dengan mengharap pada yahudi. Hampir seluruh sepak terjang presiden AS merupakan refleksi kepentingan Zionis Yahudi, presiden hanyalah "wayang" yang dikendalikan oleh Zionis Yahudi.

   Di AS, Zionis Yahudi menanamkan hegemoninya begitu dalam. Seluruh kegiatan politik AS, baik di dalam maupun di luar akan dipantau secara langsung oleh lembaga lobi yahudi yaitu American Israel Public Affairs Committee (AIPAC). Lembaga resmi ini didirikan tahun 1950-an. Kelompok lobi ini dibangun oleh komunitas Yahudi Amerika untuk menjaga kepentingan Negara Yahudi Israel. AIPAC memiliki lima atau enam pelobi resmi di Kongres dengan staf berjumlah 150 orang, dengan dukungan budget tahunan sebesar 15 juta dollar AS. Dana yang antara lain mereka kumpulkan dengan cara memeras diaspora Yahudi yang tinggal di AS. Mereka mengeksploitasi perasaan bersalah para diaspora yang dianggap hidup enak di negeri orang, sementara saudaranya yang tinggal di Israel setiap hari harus berhadapan dengan Intifada atau bom bunuh diri dari kelompok pejuang Palestina.
Selain AIPAC ada juga Conference of Presidents of Major Jewish Organizations (CPMJO). Menurut riset National Journal pada Maret 2005 dan Forbes pada 1997, dalam hal melobi Washington, AIPAC hanya kalah oleh Asosiasi Pensiunan AS. Mereka didukung tokoh-tokoh terkemuka Kristen Evangelis seperti Gary Bauer, Jerry Falwell, Ralph Reed, Pat Robertson yang bernaung di bawah bendera The American Alliance of Jews and Christians (AAJC). Kelompok ini muncul pada Juli 2002 dipimpin Bauer dan Rabi Daniel Lapin. Bahkan dua bulan setelah AAJC berdiri, Dick Armey seorang Kristen Zionis yang merupakan mantan orang kuat di parlemen secara terbuka mengungkapkan, "Prioritas utama saya dalam kebijakan luar negeri adalah melindungi Israel."
George Sunderland, nama pena anggota Kongres AS, dalam situsnya www.counterpunch.org menulis lobi Israel di Kongres terus menguat dari tahun ke tahun, pemain utamanya AIPAC. "Bukan cuma karena uang yang mereka berikan (kepada para politikus), mereka juga bisa menghukum secara politis," tulisnya.
Gagalnya senator dari Illinois, Charles Percy, kembali ke Capitol Hill pada 1984 diduga karena lobi AIPAC. Mereka marah gara-gara Percy mendukung penjualan pesawat pengintai Awacs kepada Arab Saudi dan mengkritik Israel. Tom Dine selaku Direktur Eksekutif AIPAC mengisyaratkannya dalam sambutan di Toronto pada tahun yang sama. "Semua orang Yahudi bersatu untuk menyingkirkan Percy, ini pesan bagi para politisi Amerika," katanya.

   Di pemerintahan, lobi Yahudi Zionis menancapkan kukunya dengan membantu biaya kampanye kandidat baik dari Partai Republik maupun Partai Demokrat. Pada tahun 2000 Jerusalem Post melaporkan bahwa Yahudi menyumbang 50% dana kampanye Bill Clinton pada 1996. Pada tahun 2003 Washington Post menghitung ada 60% dari dana kampanye para calon presiden Demokrat berasal dari pengusaha Yahudi. Jimmy Carter pun pernah dibuat keder oleh kelompok lobi. Carter sebenarnya ingin mengangkat George Ball yang kritis terhadap Israel sebagai Menteri Luar Negeri, tapi takut akan lobi Israel dia akhirnya hanya menjadikan Ball wakil Menlu.

  Michael Massing di The New York Review of Book Edisi 8 Juni 2006 menulis bahwa kebijakan AIPAC sangat bergantung pada para direkturnya yang dipilih berdasarkan kekayaan. Yang paling berpengaruh adalah Robert Asher, Edward Levy, Mayer Mitchell, dan Larry Weinberg yang dikenal dengan nama "Gang of Four". Menurut editor di Columbia Journalism Review, keempat pengusaha kaya-raya tersebut tak peduli terhadap mayoritas Yahudi di AS yang cinta damai.

  Selain memenangkan dukungan AS atas konflik Palestina, prestasi terbesar lobi Israel adalah memaksa AS menginvasi Irak. Perang tersebut didorong oleh niat menciptakan situasi lebih aman bagi Israel di Timur Tengah. Demikian fakta yang dipaparkan Philip Zelikow, mantan anggota badan penasihat presiden AS untuk urusan luar negeri. Menurut Zelikow, Irak sebenarnya tak mengancam AS, namun Israel. Bukti lain, tajuk mantan perdana menteri Ehud Barak dan Benjamin Netanyahu di Wall Street Journal yang mendesak pemerintah George W. Bush menindak Irak.

    Kuatnya lobi Israel di AS telah berhasil memaksa AS memberikan bantuan sebesar 3 Milliar Dolar Amerika pertahun kepada Israel, bantuan ini merupakan seperlima bantuan luar negeri AS. "Buku hijau" Badan AS untuk Pembangunan Internasional (USAID) mencatat hingga tahun 2003 total pinjaman dan hibah yang diterima Israel lebih dari US$ 140 miliar atau setara dengan Rp 1.260 triliun – dua kali lipat anggaran Indonesia pada tahun 2006.
Selain soal dana, dukungan AS juga diaplikasikan pada PBB. Tercatat sejak tahun 1972 sampai dengan tahun 2006 sudah ada 66 resolusi PBB yang berhubungan dengan eksistensi Israel di Palestina diveto AS. Ini belum termasuk resolusi setelah tahun tersebut plus resolusi terakhir saat Israel melancarkan agresinya di Gaza, Palestina.
Para pelobi juga menguasai media. "Komentator Timur Tengah (di AS) didominasi oleh orang-orang yang tak mampu mengkritik Israel," kata Eric Alterman, Profesor Inggris di Brooklyn College yang juga komentator media di MSNBC.com (Maret 2002). Dia mensurvei 66 komentator dan hasilnya hanya lima yang berani mengambil posisi proArab!

   Obama sendiri saat kampanye didukung penuh oleh Yahudi. Situs surat kabar Israel Haaretz pernah memuat laporan tentang tokoh-tokoh Yahudi AS yang memainkan peran penting dalam proses pemilu dan kampanye presiden di AS dibawah judul "36 Jews Who Have Shaped the 2008 U.S. Election".
Dari 36 nama tersebut terdapat nama-nama penggalang dana kampanye bagi Obama, diantaranya:
  1. Sheldon Adelson, seorang Republikan, neokonservatif dan seorang 'mega-donor'
  2. Sherry Lansing, seorang penggalang dana dan donatur utama Partai Demokrat, perempuan pertama yang memimpin Paramount Picture, salah satu studio film terkenal di Hollywood
  3. Eli Pariser, pemimpin situs MoveOn.org, situs advokasi online beraliran liberal yang menggalang dana untuk kandidat presiden dari Partai Demokrat
  4. Penny Pritzker, ketua nasional bidang keuangan kampanye Obama, seorang milyader berasal dari keluarga Yahudi yang dikenal kerap menjadi donatur besar
  5. Denise Rich, mantan istri milyader March Rich, seorang penggalang dana terbesar bagi Partai Demokrat
  6. Barbra Streisand, penyanyi terkenal yang menjadi ikon Yahudi-liberal dan penggalang dana bagi Yahudi, mendukung Obama dan berhasil menggalang dana sebesar 25.800 dollar dari kalangan selebritis Hollywood.
Data tersebut telah menjawab semua pertanyaan mengenai besarnya dana kampanye Obama saat itu. Dunia tahu bagaimana kampanye Obama yang menghabiskan jutaan dolar. Semua dana tersebut bukan berasal dari Partai Demokrat atau kantung pribadi Obama, melainkan sebagian dana adalah suntikan dari para donatur Yahudi. Sebagai imbalannya, Obama harus mendukung penuh seluruh kepentingan Yahudi baik di AS, Palestina dan dunia internasional.

   Mengingat begitu kuatnya lobi Yahudi Zionis di AS dan siapapun yang ingin menjadi presiden harus dapat restu Yahudi maka tak heran jika Obama harus meminta restu Yahudi dengan bersembahyang di Tembok Ratapan. Pada masa kampanyenya Obama banyak mengunjungi komunitas Yahudi dan Sinagog. Bahkan jauh-jauh hari sebelum ia mencalonkan diri menjadi presiden pada tahun 2006, Obama pernah berkunjung ke Israel dan menengok keluarga Israel yang rumahnya hancur akibat serangan roket Katyusha. Sebulan kemudian ketika pecah perang antara Hizbullaah dengan Israel, Obama dengan tegas mengatakan bahwa Israel berhak membela diri. Hal inilah yang membuat Obama dilirik yahudi ketimbang John McCain (rivalnya).
Kunjungan Obama saat kampanye ke Israel juga dilakukan ke permukiman Sidrot dekat Jalur Gaza yang menjadi sasaran kelompok perjuang perlawanan Palestina sebagai respon atas kejahatan Israel. Obama mengkritik “aksi terorisme” terhadap Israel, menunjuk perlawanan Palestina dan persenjataan Hizbullaah Libanon dan sistem pemerintahan Iran.

    Faktor lain yang membuat publik Yahudi menggantungkan harapannya pada Obama adalah sikap Obama terhadap kelompok pejuang Hamas di Palestina. Obama menolak Israel melakukan perundingan langsung dengan Hamas. Obama menyatakan akan bersikap tegas terhadap Hamas sampai Hamas mau mengakui eksistensi Israel. Obama juga menyalahkan para pemimpin Palestina yang dianggapnya sebagai penyebab penderitaan rakyat Palestina.

    Sebelum Pemilu di AS, Obama tidak mau bertemu dengan Asosiasi Muslim Amerika. Selain suara muslim tidak begitu signifikan, beliau tentu takut dengan tekanan Yahudi. Bagi Obama sendiri  kalau dia punya kedekatan negara Islam, justru itu akan menjadi kredit negatif. Itulah sebabnya dia matian-matian meyakinkan publik AS kalau Husein dalam namanya tidak ada hubungan apapun dengan Islam. Padahal sebenarnya nama tersebut memang berasal dari bahasa arab. Ayah kandung Obama adalah seorang muslim. Maka tidak aneh jika ada nama Husein dan Barack di nama lengkap Obama. Sayangnya ibu Obama adalah seorang Atheis dan kedua orang tua Obama harus berpisah. Seperti kita tahu ibu Obama menikah lagi dengan orang Indonesia dan kemudian mereka sempat tinggal di Jakarta, Obama bahkan sempat bersekolah di SD Menteng.

    Hal yang tak kalah menariknya adalah komposisi orang-orang di belakang Obama. Secara mengejutkan, pasca kemenangannya Obama memilih Rahm Emanuel, seorang mantan tentara Israel pada masa Perang Teluk sebagai Kepala Staff Gedung Putih. Emanuel dikenal sebagai seorang Yahudi garis keras sehingga dijuluki "Rahmbo" oleh lawan-lawan politiknya. Emanuel pula yang menemani Obama saat memberikan pidato pro-Israelnya di hadapan AIPAC sekaligus mengatur pertemuan antara Obama dan jajaran eksekutif AIPAC.
Selain Rahm Emanuel, Obama menunjuk Hillary Clinton – rivalnya saat konvensi - sebagai Menteri Luar Negeri. Seperti kita tahu Hillary adalah mantan ibu negara yang mendukung Israel. Para diplomat tahu bahwa sikap Clinton terhadap Suriah lebih keras dibandingkan Obama dalam kampanyenya. Bahkan ia pernah mengajukan saran pada pemerintah AS untuk memveto resolusi PBB yang dirasa merugikan Israel di Palestina. Tak heran jika Israellah yang paling berbahagia dengan terpilihnya Hillary Clinton sebagai Menlu kabinet Obama. PM interim Israel Ehud Olmert langsung mengucapkan selamat pada Clinton dan mengatakan bahwa Clinton adalah sahabat Israel dan orang-orang Yahudi.
Tak hanya Hillary, Obama juga mengangkat Robert Gates untuk tetap pada posisinya sebagai Menteri Pertahanan AS. Warna pemerintahan George W. Bush yang beraroma Yahudi dengan tindakan terornya tetap jelas terlihat melalui Gates, walaupun mungkin pendekatannya tidak seekstrim Bush.

    Dalam urusan Timur Tengah, sikap pemerintahan Obama sudah jelas yaitu mendukung sepenuhnya Israel. Sebelum resmi menjabat sebagai Menlu, Hillary sudah menyampaikan pandangannya soal Israel. “Mengenai Israel, anda tidak dapat berunding dengan Hamas hingga kelompok itu melepaskan kekerasan, mengakui Israel dan setuju untuk mematuhi perjanjian pada masa lalu. Itu benar-benar bagi saya absolut," Clinton mengatakan pada dengar pendapat pengesahan jabatannya di Senat.
"Itulah sikap pemerintah AS, itulah sikap presiden terpilih," katanya setelah seorang senator memberi kesan bahwa naif dan tidak logis untuk berdiplomasi dengan pemerintah yang menentang Israel.

    Fakta di atas memberikan gambaran pada kita kemana arah pemerintahan Obama yang telah berjalan dua periode ini. Eksistensi Yahudi Zionis di AS dan Palestina akan semakin kuat sekuat dukungan AS.
Amerika akan tetap seperti amerika yang dulu. Secara membabi buta mendukung israel. Dan akan terus memberikan bantuan dana pada israel yang setiap tahunnya sebesar $3 miliar. Negara yang akan terus memveto resolusi PBB yang dianggap mengancam eksistensi israel di palestina.
Pada tahun 1789 Benjamin Franklin pernah mengingatkan bahaya yang akan ditimbulkan oleh Yahudi di kemudian hari jika mereka dibiarkan berada di Amerika. “Di sana ada bahaya besar yang mengancam Amerika. Bahaya itu adalah orang-orang Yahudi. Di bumi manapun orang Yahudi itu berdiam, mereka selalu menurunkan tingkat moral kejujuran dalam dunia komersial. Jika orang-orang yahudi tidak disingkirkan dari amerika dengan kekuatan undang-undang, maka dalam waktu 100 tahun mendatang mereka akan menguasai dan menghancurkan kita dengan mengganti bentuk pemerintah yang telah kita perjuangkan dengan darah, nyawa, harta, dan kemerdekaan pribadi kita”, paparnya.
Sekarang ramalan tersebut telah terbukti sehingga sulit bagi kita mengharapkan Obama menyelesaikan konflik di timur tengah khususnya Palestina secara bijak apalagi yang sifatnya menguntungkan Palestina. Memberikan solusi positif bagi palestina yang sifatnya menguntungkan palestina umumnya dan Pemerintahan Hamas khususnya berarti akan mengancam eksistensi Israel. Dan itu tidak akan pernah dibiarkan oleh lobi-lobi Israel di Washington. Obama harus membayar hutang pada para pendukungnya yang telah mengantarkannya menjadi orang nomor satu AS. Jika tidak, bersiaplah untuk menerima konsekuensinya. Hal seperti ini akan terus berlanjut pada presiden-presiden pasca Obama sampai lobi Yahudi Zionis benar-benar hilang dari AS sebagaimana harapan Benjamin Franklin. So, jangan heran jika di negara lain pun termasuk negara kita juga sudah dicengkeram oleh kekuatan konspirasi Yahudi Zionis.




[Tulisan ini dikutip dari tulisan Supriyadi, S.Si di eramuslim.com, dengan berbagai perubahan/ penyesuain oleh penulis]

ISRAEL MEMPERALAT AMERIKA SERIKAT

    Setengah abad lebih berlalu sejak Israel berdiri, dan tahukah Anda jika negara itu mendapatkan hasil pajak Amerika Serikat (AS) melebihi negara manapun di dunia ini, termasuk AS sendiri?
Selama resesi ekonomi dunia, ketika orang-orang AS sendiri menjadi pengangguran, rumah-rumah dijual, anggaran pendidikan dikurangi demikian besar dan bisnis macet dimana-mana, Kongres AS terus saja memberikan hasil pajak yang besar kepada Israel; dan sekarang jika dihitung, perharinya mencapai 7 juta US dollar!
Dengan segala kenyataan tersebut, inilah saatnya untuk sekali lagi mempertanyakan kebijakan AS. Untuk menelisik mengapa AS terus saja memberikan bantuan militer kepada sebuah negara dalam hal ini Israel, sangat perlu untuk melihat sejarah dan budaya si penerima bantuan itu.
Lantas, bagaimana sejarah Israel? Mendeskripsikan Israel terlalu dan selalu sulit. Kita harus memilih apakah akan terus hidup dalam sebuah paradigma atau menyebutkan kebenaran. Literatur manapun jelas mengatakan bahwa negara Israel berdiri di atas tanah dan negara lain yaitu Palestina; dan dipertahankan serta dikembangkan dengan cara yang paling biadab sepanjang sejarah yakni pembersihan etnis/ bangsa.
Pada tahun 1947-1949, sekitar seperempat juta umat Muslim dan Kristen yang merupakan 95% penduduk Palestina dipaksa untuk meninggalkan tanahnya.
Terhitung sampai tahun 2009 saja dengan agresi Gaza, sudah berlangsung 33 kali genosida dan penghangusan lebih dari 500 desa. Semua itu demi melenyapkan sejarah dan kebudayaan Palestina.

     Hal kedua yang perlu kita pelajari adalah bagaimana Israel menggunakan bantuan AS di masa lalu? Di semua peperangan yang melibatkan Israel, Israel selalu menjadi pihak pertama yang menyerang. Israel selalu membuat legitimasi (pembenaran) bahwa mereka sedang membela diri. Dalam kurun waktu dua kali penyerangan pertama Israel terhadap Lebanon dulu yang menewaskan 17.000 orang, dan terhadap Gaza dengan jumlah 1400, semuanya menggunakan senjata dari AS yang jelas-jelas dilarang oleh hukum AS sendiri.
Bahkan seorang dokter bedah AS dalam satu hari pernah membedah lebih dari 1000 lambung korban kekejian Israel. Pesawat yang membombardir Gaza adalaah F-16 dan Helikopter Apache AS. Pajak yang dibayar warga kepada pemerintah AS dibuat untuk melukai dan membunuh orang-orang tak berdosa di belahan bumi yang lain, bukan hanya pejuang Hamas atau laki-laki dewasa tetapi juga perempuan, anak-anak dan ibu hamil.

     Menurut Defence for Children International, Israel telah melakukan penghancuran terbesar sepanjang masa. Dari tahun 1967 sampai 2003 saja Israel telah meruntuhkan lebih dari 10.000 rumah, dan hingga kini masih berlangsung. Bukan hanya orang Palestina saja yang menjadi korban kebrutalan Israel. Racher Corrie, gadis berusia 23 tahun dilindas buldozer Caterpillar; sniper Israel menembak Tom Hurdell, 21 tahun, di kepalanya; dan Brian Avery, 26 tahun, di wajahnya. Mereka semua adalah warga AS yang mempunyai kepedulian terhadap masalah umat manusia. Selain mereka, masih banyak sukarelawan dari segala penjuru dunia, dari berbagai macam latar belakang, budaya dan agama yang ikut membantu di Palestina maupun dari perbatasan sekitar Palestina serta dari negara mereka masing-masing. Semoga mereka semakin kuat dan tidak pernah menyerah.

   Lebih mengenaskannya lagi, Israel menggunakan bantuan militer AS untuk membuat industri mereka menyaingi perusahaan-perusahaan AS.
Tahun 1963, Senator WIlliam Fulbright menemukan bahwa Israel menggunakan bantuan dari AS untuk membentuk kampanye media supaya bisa menyedot lebih banyak lagi bantuan.
Sepanjang tahun, Israel terus-terusan memata-matai AS, bahkan menurut US Government Accounting Office, aksi mata-mata Israel adalah yang paling agresif dibandingkan negara lainnya. Dunia sekarang sedang memandang kepada kita, kepada orang-orang Amerika yang patut dikasihani. Ketika media AS ramai-ramai melindungi Israel dari aksi kejinya, dunia sudah tahu bahwa kita adalah orang-orang yang ketakutan di negara sendiri. Ketika orang Amerika diberi tahu bagaimana Israel mengambil uang kita, dunia sudah sadar bahwa kitalah yang telah membiayai kekejaman Israel.
Kesimpulannya, bantuan AS terhadap Israel sudah membuat Timur Tengah tidak stabil, dunia ditimpa diskriminasi, agresi maut, dan yang paling miris, menenggelamkan semua perusahaan AS. Dengan terus memberikan bantuan kepada Israel, kita telah membiarkan supremasi Israel atas sebuah pembersihan etnik.
Sekarang saatnya kita menghentikan bantuan kita kepada Israel.


[Tulisan ini dikutip dari tulisan Allison Weir, Direktur Eksekutif If American Knew, dengan berbagai perubahan/ penyesuain oleh penulis]


KEDEKATAN AMERIKA SERIKAT DENGAN ISRAEL

     Saat penyerangan Israel ke Palestina, AS yang selama ini memposisikan diri sebagai polisi dunia diam tak berkutik. Kebiasaan turun tangan atas setiap permasalahan internasional untuk memajukan kesejahteraan umum, menjaga keamanan bangsa-bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia tak terlihat sama sekali saat agresi Israel di akhir tahun 2008 sampai dengan 2009 lalu maupun tahun ini. Tak peduli dengan ribuan nyawa melayang. Bom White Posporus masih terus bertabur di langit Gaza menggoreskan luka bakar kimia pada kulit, daging, tulang dan juga jiwa. Helikopter-64 Apache masih meraung-raung mencari korban. Helikopter Armament belum puas menembakkan Hydra 70 FFAR rockets, dan MQ-1 Predator, sebuah pesawat tempur udara tak berawak (UAV) juga masih aktif ronda di langit Palestina.
Pemerintah AS yang saat itu masih dikomandoi oleh Bush dan sekarang Obama mendukung serangan tersebut. Ia berharap Israel mampu menuntaskan Hamas. Dewan Senator AS pun turut mendukung atas penyerangan Israel. Lobi Yahudi di gedung putih atau The American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) sangat kuat mempengaruhi keputusan pemerintah AS. Loyalitas pemerintah AS terhadap Israel telah dibuktikan sejak 66 tahun yang silam. AS adalah negara pertama yang mengakui eksistensi negara Israel tahun 1948, sebelas menit setelah proklamasi berdirinya negara di atas negara itu diumumkan.

     AS juga masih aktif memberikan pasokan senjata untuk Israel. Belum lagi bantuan dana yang berjumlah milyaran dolar amerika pertahunnya. Tidak ketinggalan pula kebijakan-kebijakan luar negeri, ekonomi, politik, sosial, media informasi dan banyak hal lainnya yang lebih berpihak kepada kepentingan kaum Zionis Israel. Paling tidak ada dua kepentingan besar yang ingin dicapai kaum Yahudi setelah Kongres Zionisme Internasional tahun 1947 di Basel. Kecenderungan politik mereka bekerja ke dua arah, yang satu dilakukan secara diam-diam untuk membentuk dan menguasai negara-negara non Yahudi di seluruh dunia, sementara yang kedua adalah membentuk negara Yahudi di Palestina.

    Mengapa AS dan Israel bisa berkolaborasi dan sejauh mana peran Yahudi dalam campur tangan politik AS? Secara sederhana mungkin bisa kita katakan karena ada persamaan kepentingan diantara keduanya. Namun lebih jauh, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan terkait dengan sisi historis, akidah, ekonomi dan informasi yang menyebabkan AS begitu dekat dengan Israel. Berikut uraiannya.

SEJARAH
   Z. A. Maulani menyatakan bahwa awal hubungan orang Yahudi dan Amerika sudah dimulai sejak pendaratan Christopher Colombus (1451-1506) di "Dunia Baru" tanggal 12 Oktober 1492. Ekspedisi maritim ini membawa tiga kapal layar yaitu kapal Santa Maria sebagai kapal bendera, diikuti oleh dua kapal lainnya yaitu Nina dan Pinta. Colombus membawa beberapa orang Yahudi untuk ikut berlayar bersamanya. Colombus dan sahabat-sahabat Yahudinya mendapatkan hak-hak Istimewa dari pemerintah Spanyol atas jasa-jasa mereka. Sejak saat itu, arus migrasi orang Yahudi berlangsung dengan sangat deras ke Amerika Selatan terutama Brazil. Saat akhir Perang Dunia I jumlah imigran Yahudi di AS telah mencapai 4 juta jiwa. Jumlah ini terus bertambah. Warga AS saat ini banyak yang terdiri dari keturunan Yahudi. Mereka termasuk pemilik awal negeri subur makmur yang diberi nama sesuai nama ilmuan italia, Amerigo Vespucci, itu. Dan setiap kebijakan pemerintah tidak boleh berseberangan dengan kepentingan mereka.

AKIDAH
     Keyakinan Kristen Protestan adalah keyakinan yang banyak tersebar di AS saat ini. Aliran kepercayaan ini awalnya dibentuk sebagai reaksi protes terhadap beberapa aturan yang terdapat dalam aliran Kristen Katolik, juga sebagai usaha melahirkan agama baru untuk memuluskan beberapa kepentingan Yahudi. Marthin Luther adalah seorang pendeta Yahudi yang mempelopori lahirnya ajaran Protes pada abad ke-16, menulis sebuah buku di tahun 1523 dengan judul "That Jesus Was Born a Jew" (Al-Masih Terlahir Sebagai Yahudi) dan menyebarkan pemikiran yang semakin mengukuhkan keyakinan orang Yahudi akan eksistensi mereka.
Diantara pemikiran tersebut, seperti disebutkan oleh Dr. Raghib As-Sirjani dalam bukunya Bainattarikh Wal Waqi', ada dua pemikiran Luther yang paling penting dan menginspirasi orang-orang Yahudi saat ini, yaitu:
  1. Luther menyatakan bahwa kitab Perjanjian Baru telah mengalami penyimpangan. Oleh karena itu, menurutnya orang kristen wajib berpegang kepada ajaran Perjanjian Lama yang masih utuh dan tidak mengalami perubahan. Perjanjian Lama yang dimaksud adalah Taurat. Padahal baik Perjanjian Baru maupun Perjanjian Lama sama-sama mengalami banyak perubahan dan penyimpangan.
  2. Luther menyatakan bahwa agar Al-Masih bisa kembali ke dunia, maka harus disiapkan negeri untuk kaum Yahudi di Palestina. Tanpa adanya negeri itu, maka Al-Masih tidak akan turun. Oleh karena itu, siapa saja yang cinta kepada Al-Masih maka ia harus membantu perjuangan Yahudi merebut tanah Palestina. Keyakinan ini bahkan menjadi bagian dari akidah yang tidak boleh diganggu-gugat. Maka bagi warga dan pemerintah AS, perjuangan Israel mengambil paksa tanah Palestina adalah bagian dari bukti cinta mereka untuk merebut kembali The Promise Land (tanah yang dijanjikan).
Sementara Obama saat awal ia terpilih telah menyatakan bahwa ia adalah seorang Protestan dan akan mengamalkan seluruh ajaran agamanya.
Sebagai catatan, Obama terlahir dari seorang ibu Atheis dan ayah yang muslim. Ayah tirinya yang orang Indonesia juga seorang muslim. Dulu saat awal-awal kampanye banyak yang berharap akan perubahan kebijakan AS terhadap isu-isu politik dan hubungan dengan negara Islam maupun mayoritas muslim. Namun ternyata latar belakang ayahnya yang sebenarnya adalah termasuk keluarga yang pertama memeluk Islam di tempat tinggalnya tidak mempengaruhi Obama karena memang mereka tidak hidup bersama. Orang tuanya bercerai. Lalu ibunya menikah lagi dengan orang Indonesia yang juga muslim, bahkan Obama kecil bersekolah di Jakarta, Indonesia, negeri mayoritas muslim. Walaupun begitu pengalaman tersebut tidak membuatnya lantas membela muslim, karena pada kenyataannya hampir seluruh pemimpin/ presiden AS selalu mempunyai kebijakan yang merugikan atau memerangi Islam. Kalaupun tidak maka siap-siap saja orang nomor satu di AS itu disingkirkan.

EKONOMI
     Hingga kini pengatur utama dan penguasa institusi perbankan AS adalah The US Federal Reserve (The Fed). Kedudukan tunggalnya yang terpenting adalah menetapkan kebijakan moneter. Saham utama badan usaha ini dimiliki oleh para bankir Yahudi. Melalui wewenang yang mereka miliki, mereka dengan mudah mengontrol kebijakan-kebijakan moneter di AS. Bahkan IMF maupun World Bank telah menjadi instrumen kekuasaan yang digunakan oleh Zionis untuk menghancurkan negara-negara yang berdaulat agar tidak menjadi lebih baik. Millioner Yahudi di AS, Mayer Amschel Rothschilds, pernah menyatakan, "Berikan saya kesempatan mencetak dan mengendalikan keuangan suatu bangsa dan dengan itu saya tidak peduli siapa yang membuat hukum di negeri itu".

MEDIA
   Menarik apa yang ditulis oleh Dr. Raghib As-Sirjani tentang peran pers Yahudi dalam kepemimpinan AS, bahwa sejak awal orang-orang Yahudi yang bermigrasi ke AS telah menyadari akan besarnya peran pers dan jurnalistik. Saat mereka tiba di AS pada migrasi ke tiga tahun 1880, mereka memilih untuk tidak terlalu mengambil posisi dalam persoalan perdagangan, mereka lebih mengedepankan pers yang kelak akan menjadi corong suara mereka kepada dunia. Setidaknya ada tiga surat kabar kelas dunia yang menentukan arah pemberitaan dan pengambilan keputusan oleh tokoh-tokoh dunia saat ini, koran yang lain sekedar menyalin dan meneruskannya ke seluruh dunia. Ketiga harian milik pemodal Yahudi itu adalah The New York Times, The Wall Street Journal dan The Washington Post. Demikian pula siaran berita CNN, NBC, CRS, RCA, ABC Television, dan banyak saluran TV lainnya. Tidak ketinggalan kantor berita terbesar dunia, Reuters.

    Zionisme Yahudi telah dengan kuat menancapkan kukunya di AS sehingga sulit bagi pemerintah yang ada di sana untuk keluar dari cengkraman ini. Obama dan hampir semua presiden AS naik atas dukungan Zionis. Obama mendapat dukungan dari media cetak dan elektronik yang dikuasai oleh yahudi, badan ekonomi AS dan dunia seperti Multinational Coorporation (MNC) atau Transnational Coorporation (TNC). Ia juga mendapat dukungan dari kampus dan mahasiswa, seperti The Jewish Council for Public Affairs dan dari tokoh-tokoh Yahudi seperti Bill Clinton, John Kerry, Colin Polwell dan Scott McClellan. Maka tak ada kata bagi Obama selain ikut tunduk pada peraturan Yahudi.
John F. Kennedy adalah satu dari sedikit yang berani bersuara lantang bersilang kata dengan kekuatan Yahudi yang ada. Dia adalah presiden Katolik pertama AS (naik tahun 1963) dan sempat bentrok kepentingan dengan Perdana Menteri Israel ketika itu, David Ben-Gurion. Kennedy memperlihatkan sikap yang oleh Israel dianggap tidak menyutujui program nuklir karena menanyakan soal reaktor Dimona milik Israel. Israel memutuskan untuk menghilangkan rintangan tersebut dan Mossad diduga terlibat dalam rencana pembunuhan terhadap presiden yang akrab disapa Jack tersebut. Inilah salah satu bukti bahwa presiden dan pejabat AS harus tunduk pada kepentingan Yahudi. Bukan hanya elite-elite politik dan pemerintahan yang harus ikut melancarkan namun juga para seniman, pebisnis dan pers.



[Tulisan ini dikutip dari tulisan Umarul Faruq Abubakar untuk Eramuslim.com, dengan berbagai perubahan/ penyesuain oleh penulis; sumber: Eramuslim.com, Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia, Islammemo.cc, An-Naba]