Kita harus menyadari bahwa kaum Syi’ah selama ini telah berusaha
mengaburkan batas-batas perbedaan antara Syi’ah
dan sunni hanyalah sebatas perbedaan mazhab. Ini adalah kedustaan besar,
mereka mengadakan ini adalah taqiyah
mereka. Suatu strategi agar dapat diterima oleh khalayak umat islam di
Indonesia. Jika sebelumnya pada bulan April 2011 lalu mereka berusaha untuk
membuat Forum MUHSIN (Majelis Ukhuwah Sunnah-Syi’ah Indonesia) yang diprakarsai
oleh Dewan Mesjid Indonesia – yang sudah disusupi - dengan IJABI (Ikatan Jamaah
Ahlul Bait Indonesia) itu hanyalah manuver mereka untuk memberikan persepsi
seolah-olah Sunni dan Syi’ah di Indonesia bisa bersatu. Bagaimana
mungkin Sunni dan Syi’ah bisa bersatu sedang Al-Qur’an kita dengan Al-Qur’an mereka berbeda (Al-Qur’an Syi’ah: Mushaf Fatimah berjumlah 17.000 ayat).
Agama Syi’ah
yang muncul dari Republik Iran ini pada akhirnya bertujuan untuk “mengekspor
revolusi” – sebagaimana yang telah berhasil dilakukan Imam Khomeini di Iran– ke negara-negara
yang mayoritas penduduknya Islam.
Saat ini pergolakan yang terjadi di Timur Tengah sudah ditunggangi milisi Syi’ah (laskar Hizbullah) untuk dapat dijadikan momentum dan peluang untuk
berkuasa.
Di bawah ini saya kutipkan dari sebuah
buku berbahasa arab berjudul “Al-Masyru’
Al Irani Ash-Shafawi” tentang bagaimana strategi kaum Syi’ah dalam proyek “REVOLUSI”nya, apa saja tahapan dan
langkah-langkah untuk mensukseskannya. Sebagian langkah-langkahnya sudah
diterapkan di Indonesia, tinggal bagaimana kita menyikapinya. Sekali lagi
khususnya para ulama dan para da’i serta umumnya kita semua kaum muslimin yang
komitmen terhadap kesucian akidah umat ini harus mempunyai tanggung jawab yang
besar untuk menyadarkan semua elemen secara keseluruhan baik pemerintah maupun
sipil bahwa kaum Syi’ah mempunyai
ideologi yang berbahaya bukan hanya bagi akidah umat namun bagi ketahanan
bangsa.
KUTIPAN DARI BUKU AL-MASYRU’
AL-IRANI ASH-SHAFAWI:
“Petinggi Iran Dalam Menghadapi Wajah
Dunia Baru.” Sebuah tema menarik yang mengungkap Teks surat rahasia yang
dikirimkan oleh dewan Syuro Revolusi Peradaban Iran, kepada para gubenurnya di
berbagai daerah di masa kepemerintahan Al Khatemi.
Surat rahasia yang serius ini
sampai ke tangan majalah Al
Bayan melalui kordinat ikatan Ahlussunnah
yang berkantor di London, kemudian dibedah dan dikomentari oleh DR Abdurrahim
Al Balusyi. Berikut di antara teks surat rahasia tersebut:
“Alhamdulillah dengan karunia Allaah
telah berdiri kedaulatan Itsna Asyariyah di Iran setelah melalui tahapan dan
proses yang cukup panjang, begitu juga berkat pengorbanan dan perjuangan rakyat
pengikut imam (Syi’ah) yang heroik, oleh karena itu berdasarkan nasihat para
petinggi Syi’ah yang mulia, kita sekarang mengemban misi berat dan serius,
berupa “ekspor revolusi”, harus kita akui bahwa Negara kita adalah Negara
ideologis – selain kita harus tetap menjaga keutuhan reformasi Iran dan selalu
memenuhi tuntutan rakyat - kita wajib menjadikan ekspor revolusi Iran menjadi
prioritas utama, namun karena faktor era dunia global sekarang, dan hukum
internasional, kita tidak mungkin secara spontanitas mengekspor revolusi,
bahkan hal itu bisa mengakibatkan resiko destruktif yang serius.
Oleh karena itu kami telah membuat
program lima puluh tahun yang mencakup lima tahapan, setiap tahapan memiliki
target sepuluh tahun, agar kita bisa merealisasikan misi ekspor revolusi ke
Negara-negara tetangga. Hal itu karena para pemimpin yang memiliki kultur
Sunni jauh lebih berbahaya dari pada para pemimpin Negara Timur dan Barat, yang
jelas Ahlus Sunnah adalah musuh bebuyutan Ali dan para imam maksum lainnya, dan
jika kita mampu menguasai Negara-negara ini dapat dipastikan kita telah
menguasai separuh dunia, dan demi merealisasikan program lima puluh tahun ini;
pertama, kita harus memperbaiki hubungan dengan Negara-negara tetangga, dengan
perlu adanya sikap saling menghormati dan mempererat hubungan serta kemitraan
antara kita dan mereka…. Karena misi kita hanya satu mengekspor (mentransfer)
revolusi, sehingga dengan itu kita bisa menjadi Negara adidaya dengan
kekuatan yang dipertimbangkan oleh Negara-negara lainnya, kemudian setelah itu
kita bentangkan sayap untuk menaklukkan Negara-negara kafir dengan kekuatan
yang lebih besar, sehingga dunia ini kita meriahkan dengan gempita Syi’ah,
hingga datanglah Al Mahdi yang ditunggu-tunggu…”
Sejak kemenangan revolusi Syi’ah di
Iran tahun 1979 M, Para tokoh dan penasehat revolusi yang diwakili oleh
pemimpinnya Al Khumaini secara terbuka menyatakan, bahwa Syi’ah tidak akan
berhenti pada batas Iran, akan tetapi mereka berambisi memperluas revolusi
tersebut di dua Negara; Arab dan Islam, terutama Irak, Teluk Arab dan Lebanon,
kemudian mereka meneriakkan slogan di depan umum berupa “ekspor revolusi”.
Pernyataan terbuka disuarakan
oleh Khomeni di depan publik pada acara perayaan satu tahun memperingati
kemenangan revolusi, tanggal 11/2/1980 M, ketika dia mengungkapkan “Kita
bertugas untuk menyebarkan revolusi ke seluruh penjuru dunia”.
Demi merealisasikan misi ini terbukti
telah selesai pembentukan organisasi-organisasi lokal dan interlokal yang telah
melakukan banyak pelanggaran dan tindak kekerasan di sebagian Negara Arab
seperti Kuwait, Saudi dan Lebanon.
Spirit yang memotivasi mereka untuk
melakukan ekspor revolusi ini pada hakikatnya bersumber dari dua faktor :
1. Faktor Nasionalisme Iran
(Persia) yang memiliki perseteruan historis dengan Arab dan faktor ideologi Syi’ah Imamiyah yang menganggap Ahlus Sunnah musuh Syi’ah sebagai kaum kafir yang harus diperangi dan dibunuh, atau
mereka berubah keyakinan menjadi pengikut Syi’ah
Imamiyah.
2. Peristiwa perang yang
terjadi antara Irak dan Iran dan berakhir dengan kekalahan Iran kemudian
wafatnya Khameni. Ternyata memberikan pelajaran berharga bagi mereka untuk
meninjau ulang strategi arus revolusi Iran, dalam rangka mengatur kondisi
politik internal, ekonomi dan social pasca kekalahan tersebut. dari satu sisi,
dan juga dalam rangka menanggapi konsekuensi-konsekuensi transformasi dunia
internasional setelah runtuhnya Uni Soviet dan munculnya Adidaya baru Amerika
Serikat yang mendominasi dunia dari sisi yang lain.
Oleh karena itu mereka (Syi’ah) harus mengubah gaya dan taktik,
dengan tetap menjaga misi semula “Eksport revolusi” akan tetapi tidak lagi
menggunakan cara serta-merta melakukan gerakan perlawanan massal atau memprovokasi
masa untuk melakukan reaksi negative
baik dalam kancah lokal, regional maupun internasional.
Begitulah upaya mereka
merealisasikan ekspor revolusi dengan membuat strategi baru yang tergambar
dalam program lima puluh tahun yang menjadi top
secret mereka selama bertahun-tahun.
Rahasia ini kemudian bocor dan
disebarluaskan oleh kantor ikatan Ahlus
Sunnah Iran cabang London. yang di antara point penting yang tercatat dalam rahasia tersebut adalah:
1. Menjadikan Ahlus Sunnah baik dalam maupun luar
negeri Iran sebagai target rencana yang kental dengan kepentingan nasionalisme
Persia, budaya, sosial, sejarah, politik, ekonomi dan agama.
2. Memuluskan rencana dengan
cara memperbaiki hubungan dengan Negara lain, dan mengirim para agen ke
Negara-negara target, serta merekrut agen-agen baru dari anak-anak bangsa yang
disusupi.
3. Meningkatkan pengaruh Syi’ah di daerah Ahlus Sunnah, dengan cara membangun Husainiyyat, Asosiasi-asosiasi amal, pusat-pusat kebudayaan, medical center dan klinik kesehatan, dan
mengubah struktur kependudukan dengan mendorong para imigran Syi’ah menduduki daerah tersebut (Sunni) dan mengeksodus para penduduk
asli dari kampung halaman mereka.
4. Membagi rencana menjadi lima tahapan, setiap tahapan berdurasi sepuluh
tahun:
FASE PERTAMA: PERINTISAN
DAN PERAWATAN AKAR
Yaitu dengan cara memberikan fasilitas
dan lapangan kerja untuk kader-kader Syi’ah
yang ditugaskan ke Negara-negara target, kemudian membangun hubungan kemitraan
dengan para penyandang dana dan penanggung jawab di Negara-negara tersebut,
kemudian berusaha merongrong struktur kependudukan dengan cara
mencerai-beraikan pusat-pusat perkumpulan Ahlus
Sunnah kemudian mengadakan perkumpulan Syi’ah
di tempat-tempat strategis.
FASE KEDUA:
PENJAJAKAN
Bekerja dengan cara tetap berkamuflase
pada koridor hokum Negara yang berlaku sekedar formalitas dan tidak berani
melanggarnya, lalu berusaha masuk ke fasilitas keamanan dan institusi
pemerintah secara perlahan tapi pasti, hingga berupaya mendapatkan surat
kewarganegaraan untuk para imigran Syi’ah.
Setelah itu berkonsentrasi memunculkan masalah (konflik) antara Ulama Sunnah (Sunni) dengan pemerintah, dengan
cara memprovokasi para ulama Sunnah
(Sunni) melakukan aksi-aksi yang dianggap bahaya oleh pemerintah,
menyebarluaskan selebaran-selebaran provokatif dengan nama ulama Ahlus Sunnah, dan membuat
tindakan-tindakan mencurigakan atas nama mereka pula, serta mengobarkan
kerusuhan. Sedangkan di sisi lain mereka juga gencar menghasut pemerintah untuk
melawan ulama Ahlus Sunnah, agar sampai
pada target menciptakan ketegangan antara Ahlus
Sunnah dengan pemerintah, lalu pemerintah menekan Ahlus Sunnah dan timbulah rasa saling tidak percaya dari
masing-masing pihak.
FASE KETIGA: START-UP
Merekatkan hubungan antara Pemerintah
dengan para imigran agen Syi’ah,
memperdalam penetrasi ke pusat-pusat pemerintah, mendorong untuk merelokasi
dana-dana Sunni ke Iran untuk
mewujudkan mitra kerja, setelah mampu menguasai mereka menekan ekonominya.
FASE KEEMPAT:
MASA PEMBUAHAN
Ciri khas fase ini adalah mengakses
ruang-ruang pemerintah yang sensitif, membeli banyak tanah dan properti,
menyulut emosi rakyat Sunni terhadap
pemerintah karena semakin bertambahnya hegemoni kaum asing Syi’ah.
FASE KELIMA: FASE
PEMATANGAN
Inilah puncak dari semua kejadian yang
sampai pada klimaksnya, maka terjadi kekacauan besar dalam negeri, dan Negara
kehilangan faktor-faktor stabilitasnya (keamanan dan ekonomi), sehingga dengan
kekacauan ini mereka bisa masuk dan mengusulkan pembentukan dewan perwakilan
rakyat baru, yang bisa mereka setir, mereka mengajukan jasa sukarela untuk
membantu pemerintah dalam rangka menstabilkan kondisi dalam negeri, dengan
menguasai sendi-sendi penting kepemerintahan, hingga mereka bisa merealisasikan
target “Ekspor Revolusi Iran” dengan desain yang rapi. Dan jika cara itu tidak
tercapai mereka gunakan cara lain yang telah terdesain sebelumnya yaitu
memprovokasi rakyat untuk melakukan revolusi, setelah itu mereka mencuri
kekuasaan dari tangan pemerintah.
Kenyataannya sekarang kita melihat
rencana busuk Syi’ah lima puluh tahun
ini telah terlaksana secara rapi di beberapa Negara islam dan Arab, seperti
Irak, Kuwait, Bahrain, Yaman, Suriah, Lebanon, Jordania, Sudan, dan sebagian
Negara Arab di utara Afrika dan lainnya. Mungkin kebusukan mereka ini semakin
terungkap setelah mereka melanggar sendiri roda rencana jahat lima puluh tahun
mereka di Irak, serta pengkhianatan mereka yang membantu para aggressor Amerika
(iblis besar) dan musuh-musuh Zionis dalam melawan kaum muslimin dan Arab.
Mereka jatuh ke dalam perangkap
kebenciannya sendiri, yang mendorong untuk melakukan kejahatan terburuk, paling
kejam dan nista di Negara Irak, yang memobilisasi opini negatif publik, Arab
dan dunia muslim terhadap mereka, setelah terungkapnya niat, keyakinan dan
latar belakang perilaku buruk dan memalukan mereka terhadap bangsa muslim.
Sementara di Suriah, mereka dapat
melaksanakan rencana busuknya dengan detail dan rapi, selain juga mendapatkan
perlindungan penuh yang diberikan oleh penguasa Asad, dalam menghadapi Suriah
dan rakyatnya. Dan tidak masuk akal kaum muslimin berpangku tangan membiarkan
rakyat dan bumi mereka jatuh satu persatu ke pelukan tersangka pemilik proyek
Shafawi ini. Karena mereka juga harus memiliki proyek tandingan untuk menjaga
rakyat, umat dan negerinya dari kejahatan berbahaya yang datang dari negeri
Persia Iran yang bekerja sama dengan para penguasa Bassyar Asad yang berkhianat
pada negeri, bangsa dan umatnya.
No comments:
Post a Comment