Secara
garis besar ada empat hal yang menyebabkan Syi’ah disebut aliran sesat, yaitu Tashbih
(menyerupakan Imam dengan Tuhan), Ba’da, Raj’ah (kembalinya sang imam setelah
wafatnya yang bukan sebenarnya) dan Tanusukh (reinkarnasi).
Menurut terminologi, kata Syi’ah tertuju kepada satu sekte (firqah) yang mengaku sebagai pengikut
dan pendukung setia Ali bin Abi Thalib
dan keturunannya, sehingga menjadi nama yang khusus bagi mereka. Syi’ah adalah kaum muslimin yang
menganggap pengganti Nabi SAW merupakan hak istimewa keluarga Nabi, dalam hal
ini Ali RA dan keturunannya. Syi’ah lahir karena simpati golongan
kaum muslimin terhadap Ali dan
keturunannya. Bahkan diantara segolongan kaum muslimin yang simpati terhadap Ali menganggap Ali sebagai sahabat Nabi SAW
yang paling utama.
Meski latar belakang berdirinya lebih
merupakan masalah politis, namun pada perkembangan berikutnya, kelompok Syi’ah berkembang menjadi sebuah paham aqidah tersendiri yang menyimpang. Aqidah
Syi’ah berpijak di atas pencacian,
pencelaan dan pengkafiran terhadap para sahabat Rasulullaah.
Satu diantara sekian banyak
racun yang telah ditebar di tubuh umat, yaitu membangkitkan fanatisme buta terhadap keimamahan Ali bin Abi Thalib. Lalu bergulir menjadi sebuah aqidah (keyakinan) di kalangan Saba’iyah (para pengikut Abdullah bin Saba’), bahwa keimamahan yang pertama dipegang oleh Ali bin Thalib dan berakhir pada Muhammad bin Al-Husain Al-Mahdi. Inilah
keyakinan di kalangan Syi’ah yang
merupakan keyakinan sesat. Kalangan Syi’ah
meyakini hal itu sebagai bentuk aqidah
ar-raj’ah.
Propagandis Syi’ah sering melakukan kampanye pendekatan atau penyatuan Sunni-Syi’ah, dengan tema Ukhuwah Islamiyah. Ini sebenanrnya
siasat kaum Syi’ah agar bisa diterima
oleh kaum Sunni (Ahlussunnah wal Jamaah).
Padahal di Negara Iran sendiri, kaum Sunni
tertindas dari berbagai segi, termasuk tidak diperbolehkan memiliki masjid
sendiri.
PENYIMPANGAN AJARAN SYI’AH
Syi’ah adalah kelompok aliran aqidah
yang secara umum menyimpang dari aqidah Ahlussunnah wal jama’ah. Di dalam tubuh syi’ah ternyata ada banyak sekte dan pecahan. Yang paling terkenal
diantaranya adalah Syi’ah Imamiyah atau Syi’ah Imam 12.
Berikut ini kami utarakan beberapa ajaran-ajaran Syiah yang menyimpang, sesat dan
menyesatkan. Mari kita cermati bersama-sama.
1. Aqidah Syirik,
menisbatkan sifat Ilahiyah kepada
imam mereka seperti pemilik dunia akhirat, rob bumi.
2. Aqidah Bada’,
yaitu keyakinan bahwa Allaah
mengetahui sesuatu setelah sebelumnya tidak mengetahui.
3. Aqidah Raj’ah,
yaitu kembali hidup sesudah mati sebelum hari kiamat.
Arraj’ah
adalah suatu keyakinan orang-orang Syi’ah
Imamiyah Itsna Asyariyyah (Ja’fariyah) bahwa suatu saat nanti Imam mereka
yang bernama Muhammad bin Husain
Al-Askari (Imam Syi’ah yang ke-12)
sedang ghaibah (menghilang/
sembunyi) di dalam sebuah gua di Samara
(Sarro Man Ra’a), sebuah kota kecil
di Iraq dekat sungai Tigris utara Baghdad. Suatu hari nanti imam ke-12 tersebut
akan muncul kembali (raj’ah). Karena
itu sekarang setiap ba’dha maghrib mereka rajin berdiri di pintu
gua bahkan menyediakan sebuah kendaraan untuk pergi. Perbuatan ini terus
berlangsung setiap malam.
Setelah imam ke-12 raj’ah, imam akan membangkitkan Rasulullaah, Imam Ali, Siti Fatimah, Imam Hasan, Imam Husein dan imam-imam lain,
serta orang-orang yang dekat kepada mereka. Kemudian semua orang tersebut akan
membaiatnya, yang diawali oleh Rasulullaah
dan disusul yang lain. Bersamaan dengan itu, menurut mereka, Abu Bakar, Umar dan Aisyah serta orang-orang yang dianggap zhalim oleh mereka,
dibangkitkan dalam keadaan hidup untuk menerima siksaan-siksaan. Harapan
mereka imam itu akan datang untuk memenuhi keadilan sebagaimana bumi sedang
dipenuhi dengan kekejaman dan kedzaliman. Imam
ke-12 ini juga akan melacak lawan-lawan syi’ah sepanjang sejarah.
Sunni atau Ahlusunnah wal jamaah
tidak membenarkan adanya ajaran Raj’ah
dalam Islam. Arraj’ah adalah salah
satu diantara sekian banyak ajaran Syi’ah
Imamiyyah Itsna Asyariyyah (Ja’fariyah),
yang jelas-jelas menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya. Ajaran Roj’ah ini menurut ulama-ulama Islam,
telah membuat Syi’ah Imamiyah Itsna Asyariyyah (Ja’fariyah)
masuk golongan Ghulaah. Ajaran
tersebut sangat menyimpang dari ajaran Rasulullaah
SAW.
4. Aqidah
Kema’suman Para Imam
Para imam diyakini
berada pada derajat ma’shum yang
tidak mungkin berdosa dan terpelihara dari segala kesalahan, kelalaian serta
dosa-dosa, baik besar atau kecil. Mereka juga mengetahui yang ghaib. Menurut kaum Syi’ah, para imam mereka lebih utama dari para nabi dan rasul serta memiliki kedudukan yang
tidak bisa dicapai oleh para malaikat maupun para rasul.
5. Mereka
meyakini bahwa imam mereka ada 12 dan semuanya memiliki mukjizat seperti Nabi
dan telah diberi wasiat dan rahasia ajaran Islam. Sehingga mereka berhak
menerangkan ajaran Islam yang orang lain tidak diberitahu menjadi rahasia
mereka sendiri. Mereka yakin bahwa para imam itu dititipi ilmu oleh Rasulullaah SAW untuk menyempurnakan syariat.
Tidak ada perbedaan antara imam dengan Rasulullaah SAW kecuali bahwa Rasulullaah
SAW menerima wahyu.
7. Kebencian
mereka kepada para shahabat Nabi dan
mengatakan mereka berdosa telah merampas khilafah
dari Ali bin Abi Thalib. Sebagian syi’ah bahkan mengkafirkan para shahabat
Nabi radhiyallahu anhum. Sebaliknya,
mereka mengagungkan ahlul bait atau
keluarga nabi. Ahlul bait yang
dimaksud adalah para shahabat nabi yang
utama, tetapi oleh kelompok syi’ah
ini, ahlul bait diseret-seret masuk dalam perangkap aqidah mereka, sehingga seolah-olah antara ahlul
bait dengan shahabat yang lain
ada pemisah dan permusuhan.
8. Sekte Sabaisme dalam Syi’ah bahkan berkeyakinan bahwa malaikat Jibril salah menurunkan wahyu kepada Muhammad SAW, seharusnya kepada Ali
bin Abi Thalib.
9. Syi'ah mempunyai
persamaan dengan Yahudi. Yahudi menuduh Maryam
berzina, sedangkan Syi'ah menuduh Aisyah berzina.
10. Aqidah
Syi’ah tentang Al-Qur’an
Mereka
memiliki mushaf Al-Qur’an versi mereka
sendiri yang isinya tidak sama dengan mushaf yang dikenal sekarang ini. Kulaini menjelaskan dalam bukunya (Al-Kafi I/ 239) bahwa Ja’far
Shodiq berkata, “Kami mempunyai
mushaf Fathimah, sebuah mushaf yang
isinya (tebalnya) tiga kali lipat Al-Qur’an kalian. Dan demi Allaah, di dalamnya tidak ada satu huruf pun yang
sama isinya dari Al-Qur’an kalian.”
11. Nikah mut’ah atau kawin kontrak. Nikah Mut’ah
hakikatnya tidak lebih dari pelacuran yang diberi kemasan agama. Dengan beragam
dalih, mereka menghalalkan kawin kontrak seperti ini. Memang sejarahnya, Rasulullaah SAW pernah membolehkan nikah mut’ah,
namun setelah itu dilarang secara total dan hukumnya dinasakh. Semua shahabat dan para ahli ilmu sepakat
bahwa mut’ah itu telah diharamkan Allaah selamanya. Oleh kelompok syi’ah, nikah seperti ini dibolehkan dan
menjadi salah satu pesona dan daya tarik buat mereka yang suka bergonta-ganti
pasangan.
12. Cara wudhu
Syi'ah berbeda dengan wudhu umat Islam (Sunni).
13. Lafazh adzan dan iqamah Syi'ah yang
berbeda dengan Islam (Sunni)
14. Cara shalat
Syi'ah menghadap batu khusus yang
berbeda dengan ajaran Rasulullaah SAW dan salah satu isi doanya adalah
melaknat shahabat Abu Bakar, Umar dan Aisyah ra.
15. Aqidah
Taqiyyah, yakni suatu perkataan dan perbuatan yang dilakukan tidak sesuai
dengan keyakinan untuk menghindari bahaya yang mengancam jiwa, harta dan
kehormatan.
Kaum Syi’ah
melancarkan siasat berbohong dan menyembunyikan sementara inti ajaran mereka
dan identitas aqidah mereka sehingga
orang mengira apa yang mereka ajarkan itu sesuai dengan aqidah mereka sebelumnya. Saat
orang-orang itu sudah percaya dan bertambah taat, baru identitas asli
ajaran mereka dibenamkan. Karena itu semua fakta yang kami sampaikan di sini
pasti tidak ada satupun yang mereka (baca: kalangan syi’ah) akui. Mereka punya seribu satu macam cara untuk mengingkari
fakta-fakta ini, karena mereka punya prinsip taqiyah. Sehingga orang-orang awam yang sebelumnya sudah paham
tentang sesatnya syi’ah akan berbalik
menjadi pembelanya. Senjata ini benar-benar ampuh untuk memperdaya generasi
muda Islam yang ilmu sejarahnya dangkal dan wawasannya sempit.
16. Aqidah
Kota Najaf dan Tanah Karbala
Orang Syi’ah
meyakini bahwa Najaf, Karbala dan Qum sebagai tanah haram, karena terdapat kuburan para imam mereka. Tanah Karbala, menurut orang Syi’ah, lebih utama daripada Ka’bah.
17. Mereka
memiliki hari raya yang lebih mereka
hormati dari Idul Fithri dan Idul Adha, yaitu hari raya Ghadir
Khom. Mereka juga mengagungkan hari Nairuz, hari raya agama Majusi penyembah api. Selain itu juga
hari raya tanggal 9 Rabiul Awwal
sebagai hari raya bapak mereka, Abu Lu’lu’ah. Abu Lu’lu’ah adalah orang yang berhasil membunuh Umar bin Al-Khattab. Ada juga peringatan hari raya
10 Muharram atau yang biasa dikenal
Hari Asyura. Menurut kepercayaan kalangan
syi’ah Hari Asyura adalah hari untuk mengenang terbunuhnya Hussain Bin Ali RA di Padang Karbala.
Pada hari ini mereka (kaum Syi’ah) disyariatkan
untuk keluar rumah berkumpul untuk menangis meratapi kematian Hussain, menyiksa diri, memukul-mukul
dada dan kepala, bahkan ada yang melukai dirinya sendiri sampai berlumuran
darah, ada yang memukuli badannya sendiri dengan rantai, bahkan ada yang
melukai dirinya dengan belati atau pedang. Mereka melakukannya sembari melaknat
para sahabat radhiyallahu
anhum.
Ulama-ulama Sunni
menilai acara kaum Syi’ah tersebut,
merupakan suatu perbuatan bid’ah
(dholalah), karena sangat menyimpang dari ajaran Rasulullaah SAW. Bukankah
Rasulullaah bersabda: “Bukan dari
golonganku, orang-orang yang suka memukuli wajahnya dan merobek kantongnya
(pakaiannya) serta menyerukan kepada perbuatan jahiliyah.”
Perlu diketahui, bahwa orang-orang Syi’ah dalam memperingati hari Aasyuuro, mereka hanya mengambil satu
peristiwa saja, yakni dimana pada hari itu,
Husein menjadi syahid di Karbala (Irak). Atas kematian Husein kaum syiah menangis dan
memukul-mukul badannya sebagai bentuk usaha menebus dosa orang-orang Syi’ah terdahulu.
[Jika diperhatikan dan diselidiki tindakan ini hampir sama dengan tindakan
para penganut salah satu sekte kekristenan yang juga diharuskan melukai dirinya
sendiri sebagai wujud permohonan ampun atas dosa atau kesalahan yang telah
mereka perbuat. Bagi yang suka menonton film atau membaca novel Dan Brown tidak
akan asing dengan Biarawan Sion dan tokoh dalam cerita fiksi tersebut yang
bernama Silas, yang sering melukai dirinya sendiri setelah dia melakukan
kesalahan atau kejahatan, dan dia melakukannya secara sadar.]
Dalam kitab Attasyasyyu Baina Mafumil
Aimmah wa mafhumil Farisi, disebutkan bahwa orang-orang Syi’ah juga berpuasa pada hari Aasyuuro, tetapi hanya sampai waktu Ashar saja. Berpuasa semacam ini jelas
merupakan suatu perbuatan bid’ah
karena tidak pernah dilakukan dan diajarkan oleh Rasulullaah SAW.
Seorang ahli sejarah (tokoh Syi’ah) yang dikenal dengan sebutan Al-Ya’quubi, menerangkan dalam kitabnya
sebagai berikut,
“Ketika
Imam Ali Zainal Abidin memasuki kota Kufah, beliau melihat orang-orang Syi’ah
(Syiah pengikut ayahnya, Ali bin Abi Thalib) menangis, kemudian Imam Ali Zainal
Abidin berkata kepada mereka, ‘Kalianlah yang membunuhnya, tetapi kalian pula
yang menangisinya..’”.
Orang Syi’ah selalu membawa cerita-cerita Karbala dengan mengkambinghitamkan orang lain, padahal merekalah
penyebab terbunuhnya Imam Husein di Karbala, aneh bukan?
18. Massa Syi’ah
mengultuskan kain kafan Khomeini (pemimpin
Iran). Jenazah Khomeini bahkan nyaris
telanjang karena kain kafannya diperebutkan oleh mereka.
19. Acara ritual Syi’ah
pernah diadakan di Gereja [di daerah Malang, Jawa Timur]
ULAMA SYI’AH MENGAJARKAN KESESATAN & KEBENCIAN
Sebagian isi ceramah-ceramah para ulama dan
mubaligh Syi'ah Indonesia dan luar
negeri mengajarkan tentang kesesatan dan kebencian. Beberapa diantaranya yaitu:
1. Mengafirkan shahabat
Abu Bakar, Umar dan Aisyah RA.
2. Mengafirkan umat Islam yang mencintai shahabat
Abu Bakar, Umar dan Aisyah RA.
3. Memuji shahabat
Ali bin Abi Thalib RA kelewat batas sebagai orang yang mengetahui hal-hal
yang ghaib, padahal dalam Al-Qur'an menegaskan bahwa tak ada yang
mengetahui perkara ghaib selain Allaah (QS. An-Naml 65).
4. Penuh kebencian kepada para shahabat selain Ali RA.
5. Melaknat 10 shahabat yang dijamin surga (al-asyrul mubasysyiruuna bil-jannah).
6. Menyebut Aisyah
sebagai binatang himar.
7. Merendahkan Aisyah
serendah alas kaki.
8. Mengajarkan berdoa mohon pertolongan dan keberkahan
kepada Zainab.
9. Menyatakan bahwa Ahlussunah wal Jamaah itu bukan Islam,
tapi kafir yang wajib dibunuh. Syi'ah
menghalalkan darah kaum Muslimin.
HADITS &
RIWAYAT PALSU KARANGAN SYI’AH
Orang-orang Syi’ah sudah terkenal dalam membuat hadits-hadits palsu,
bahkan mereka mempunyai keahlian dalam membuat riwayat-riwayat palsu. Mereka
tidak segan-segan mencatut nama-nama Ahlul
Bait, demi kepentingan golongannya. Mereka juga terbiasa menghalalkan
segala cara demi kepentingannya.
Begitu juga dalam memperingati
hari Aasyuuro. Ulama Syi’ah dalam usahanya menguatkan cara
memperingati hari tersebut, mereka telah membuat riwayat-riwayat palsu, dengan
mengatasnamakan Ahlul Bait.
Diantaranya sebagai berikut:
1. Barangsiapa menangis atau
menangis-tangiskan dirinya atas kematian Husein,
maka Allaah akan mengampuni segala
dosanya, baik yang sudah dilakukan maupun yang akan dilakukan.
2. Barangsiapa menangis atau
menangis-tangiskan dirinya atas kematian Husein,
wajiblah (pastilah) dirinya memperoleh surga. Demikian jaminan dari ulama Syi’ah, cukup menangis atas kematian Husein ra sudah bisa masuk surga. Bukan
itu ajaran Rasulullaah SAW.
Di samping itu, masih banyak lagi
riwayat-riwayat palsu yang mereka buat. Tidak kurang dari 458 riwayat, mengenai
ziarah ke makam imam-imam Syi’ah. Bahkan
dari jumlah tersebut, 338 khusus mengenai kebesaran dan keutamaan serta pahala
besar bagi peziarah ke makan Imam Husein
RA atau ziarah ke Karbala. Berikut
beberapa diantaranya:
1. Barangsiapa haji sebanyak 20
kali, maka ganjarannya sama dengan ziarah ke kuburan Husein sekali.
2. Barangsiapa ziarah ke makam Imam Husein
di Karbala pada hari Arofah, maka ganjarannya sama dengan
haji 1.000 kali bersama Imam Mahdi,
disamping mendapatkan ganjarannya memerdekakan 1.000 budak dan
ganjarannya bershadaqah 1.000 ekor kuda.
3. Barangsiapa ziarah ke makam
Imam Husein pada Nifsu Sya’ban, maka sama dengan ziarah Allaah di Arasy-Nya.
4. Barangsiapa ziarah ke makam Husein di Karbala pada hari Aasyuuro,
maka ia akan mendapatkan ganjaran dari Allaah,
seperti orang haji 2.000 kali dan seperti orang yang berperang bersama Rasulullaah 2.000 kali.
5. Andaikan saya katakan mengenai
ganjaran ziarah ke makam Imam Husein, niscaya kalian tinggalkan haji
dan tidak ada seorang pun yang pergi haji.
Itulah diantara hadits-hadits palsu yang bersumber dari
kitab Syi’ah, Wasaailussyiah oleh Al-Khuurul
Amily (Ulama Syi’ah).
6. Mengenai Nikah
Mut’ah, kaum Syi’ah
menjadikan dasar ajaran Syi’ah, siapa
mengingkarinya berarti telah kafir. Mereka menganggap dengan menikah mut’ah sekali akan menjadi ahli surga.
Orang yang meninggal dan belum pernah menikah mut’ah, akan datang di hari kiamat dalam kondisi bunting. Derajat
orang yang menikah mut’ah sekali
seperti Husain, dua kali seperti Hasan, tiga kali seperti Ali, dan empat kali seperti Rasulullaah SAW.
7. Penilaian Syi’ah terhadap selain kelompoknya
(khususnya Sunni) yaitu orang bukan Syi’ah adalah buta mata dan hati,
terlaknat, sesat dan menyesatkan, murtad,
kafir. Syi’ah memandang halal harta
dan darah Sunni (Ahlu Sunnah), Sunni lebih
kafir daripada Yahudi dan Nasrani. Wanita Syi’ah
tidak boleh dinikahkan dengan laki-laki Sunni,
karena ia kafir.
Tahukah pembaca bahwa di jaman para shahabat, syi’ah yang sesat seperti ini belum ada/ muncul. Bahkan Hasan
dan Husein
serta Ali Zaenal Abidin yang sering
mereka klaim sebagai imam mereka pun tidak tahu menahu dengan ulah syi’ah
yang sesat ini. Syi’ah yang sesat ini
baru muncul jauh di kemudian hari setelah generasi para shahabat dan sebagian tabi’in
telah meninggal dunia.
Aktor
intelektual di belakang syi’ah yang sesat
ini tidak lain adalah Abdullaah bin Saba’, yang dalam sejarah otentik terbukti
menjadi provokator di wilayah-wilayah Islam. Dia telah menyebarkan fitnah, berita
bohong dan kebencian kepada para shahabat
serta paham yang merusak. Abdullaah bin
Saba’ adalah seorang Yahudi Yaman yang berpura-pura masuk Islam. Identitas
keyahudiannya sangat menonjol ketika dia mengajarkan tentang imam yang akan
muncul (raj’ah), tidak mati, menjadi
raja di bumi, mengetahui apa yang tidak diketahui orang dan lain-lain. Ini
tidak lain berakar pada paham Yahudi, agama yang dipeluknya dan masih diakuinya
bahwa selama ini dia masih beragama yahudi.
Ali
bin Abi Thalib sebagai
tokoh yang dijadikan umpan oleh Abdullaah bin Saba’ untuk memunculkan konflik di
antara para shahabat, bukannya tidak
mengetahui ulahnya. Bahkan Ali bin Abi
Thalib sendiri yang berkehendak untuk
membunuhnya. Namun atas nasehat dari Abdullah
bin Abbas, musuh Islam itu tidak
jadi dibunuh dan kemudian dibuang ke Madain.
Sosok Abdulah bin Saba’ oleh para pengikut
fanatik syi’ah sering dikabur-kaburkan.
Dengan segala argumentasi mereka mengatakan bahwa Abdullah bin Saba’ adalah tokoh fiktif serta sekedar tokoh rekaan
musuh-musuh syi’ah.
[Mengenai
sosok Abdullaah bin Saba’ ini saya
akan membahasnya dalam postingan
tersendiri, insya Allaah.]
[Referensi: Voa-islam.com, Buku Mewaspadai Gerakan Syi’ah di Indonesia]
RELATED POST: