Banyak
orang bisa 'bicara' namun sedikit yang mau 'mendengar'. Padahal jika kita mau
kembali ke hukum alam, seharusnya kita lebih banyak mendengar daripada bicara. Bukankah ALLAAH memberi kita dua telinga dan
hanya satu mulut? Begitupun jika kita saksikan pada bayi yang baru lahir, indra
pendengaran lebih dulu berfungsi daripada yang lainnya kan?
Lalu
mengapa mendengar lebih susah daripada berbicara dan banyak orang yang lebih
suka didengarkan daripada mendengarkan?
Mendengarkan merupakan bagian esensi
yang menentukan komunikasi efektif. Tanpa kemampuan mendengar yang baik bisa
saja muncul banyak masalah. Yang sering terjadi adalah kita merasa bahwa
kitalah yang paling benar, paling kompeten dan tidak pernah melakukan
kesalahan. Terkadang kita tidak tertarik untuk mendengarkan opini yang berbeda
dan hanya tergantung pada cara kita. Jika kita selalu merasa bahwa diri kita
benar dan cara kitalah yang paling tepat, itu berarti kita tidak pernah
mendengarkan. Ide dan opini kita sangat sulit untuk diubah jika fakta tidak
mendukung keyakinan kita, bahkan bila ada fakta pun kita mungkin hanya akan
sekedar meliriknya saja. Mungkin saat ini kita nyaman dengan cara kita tapi
untuk jangka panjang orang-orang akan menolak dan membenci kita. Jika kita mau
mulai mendengarkan orang lain, suatu saat kita akan menyadari kesalahan kita.
Jawaban untuk mengatasi sifat tsb
adalah mengasah skill mendengar
aktif. Mendengar tidak selalu dengan tutup mulut namun juga melibatkan
partisipasi aktif kita. Mendengar yang baik bukan berharap datangnya giliran
berbicara. Mendengar adalah komitmen untuk memahami dan menghargai pembicaraan
serta perasaan lawan bicara kita. Pada saat yang sama kita juga bisa mengambil
manfaat yang maksimal dari pembicaraan tersebut.
Seni mendengar dapat membangun
sebuah relationship. Jika kita
melakukannya dengan baik, orang-orang akan tertarik pada kita dan interaksi
kita akan semakin harmonis.
Berikut Teknik menjadi Pendengar yang
Baik:
1.
Peliharalah kontak mata dengan baik.
Ini menunjukkan kepada lawan bicara tentang
keterbukaan dan kesungguhan kita.
2.
Condongkan tubuh ke depan.
Ini menunjukkan ketertarikan kita pada topik
pembicaraan, cara ini juga akan mengingatkan kita untuk memiliki sudat pandang
yang lain, yaitu tidak hanya fokus pada diri kita.
3.
Buat pertanyaan ketika ada hal yang butuh klarifikasi atau ada informasi baru
yang perlu kita selidiki dari lawan bicara kita.
4.
Buat selingan pembicaraan yang menarik.
Hal ini bisa membuat percakapan lebih hidup dan
tidak monoton.
5.
Cuplik atau ulang beberapa kata yang diucapkan oleh lawan bicara kita.
Ini menunjukkan bahwa kita memang mendengarkan
dengan baik.
6. Buatlah
komitmen untuk memahami apa yang lawan bicara katakan meskipun kita tidak suka
atau marah.
Dari sini kita akan mengetahui
nilai-nilai yang diterapkan lawan bicara kita, yang mungkin berbeda dengan
nilai yang kita terapkan. Dengan berusaha untuk memahami, bisa jadi kita akan
menemukan sudut pandang, wawasan, persepsi atau kesadaran baru yang tidak
terpikirkan oleh kita sebelumnya.
Seorang
pendengar yang baik sebenarnya hampir sama menariknya dengan pembicara yang
baik. Jika kita
selalu pada pola yang benar untuk jangka waktu tertentu maka suatu saat kita
akan merasakan manfaatnya. Prosesnya mungkin akan terasa lama dan menjemukan,
tapi lama-kelamaan akan terasa berharganya upaya yang telah kita lakukan. Kita
akan merasa lebih baik atas diri kita, hubungan kita, teman-teman kita,
anak-anak kita, maupun pekerjaan kita.
So,
mari belajar dan berusaha untuk menjadi pendengar yang baik. Karena itu bisa
menjadi kunci untuk mengembangkan pikiran yang positif dan merupakan salah satu
tangga kita untuk mencapai kesuksesan!
[Sumber: AsianBrainNewsletter.com oleh Anne Ahira]
“Dan
sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
(QS. Luqman: 19)
No comments:
Post a Comment