“BERIMAN NAMUN JUGA BERFIKIR” [2]
Beberapa
Jawaban dari Pertanyaan dan Pernyataan Irshad Manji
dalam Surat
Terbukanya
(Beriman Tanpa
Rasa Takut)
v BAB 1: KENAPA AKU MENJADI ISLAM REFUSENIK?
- “Di Kelas-Kelas
Hari Sabtuku Aku Didoktrin: Kalau Kau Orang Beriman Kau Jangan Berfikir,
Kalau Kau Berfikir Maka Kau Bukan Orang Beriman.” (Irshad Manji)
Saya sangat tidak sependapat. Manusia
diciptakan dengan akal pikiran, kita ciptaan paling sempurna. Kita beda dengan makhluk
lain. Justru kita harus berfikir. Orang-orang pintar karena berfikir. Kita
disuruh menghargai orang berilmu, kita diwajibkan menuntut ilmu, berfikir
bukan?
Mungkin
yang mengatakan hal di atas – seperti yang dikatakan Irshad Manji – hanya oknum
yang tidak ingin Irshad Manji berfikir & terlalu berani menyampaikan hasil
pemikirannya, baik Irshad Manji atau anak-anak lain yang kritis yang dapat
membuat repot guru-guru madrasah tsb. :D
Yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa Irshad Manji perlu
membedakan antara ajaran agama (agama yang ideal) sesuai tuntunan kitab suci,
ajaran manusia, ajaran sistem buatan manusia, kebijakan pemerintah,
tindakan-tindakan – buah dari pemikiran ataupun keyakinan – beberapa orang yang
mempunyai latar belakang agama Islam atau yang lain. Semuanya berbeda, jangan dicampurkadukkan.
Jadi jangan menilai Islam hanya dari perilaku oknum, kebijakan yang dibuat
manusia, adat/ kebiasaan di suatu daerah. Bahkan diantara ulama pun berbeda
pendapat tentang beberapa hal/ masalah. Hanya ALLAAH Yang Maha Tahu, Yang Maha
Benar. Kita tidak bisa mengatakan seseorang salah atau benar dengan lantang – walaupun
terkadang kita melakukannya – karena kemungkinan kita juga salah dan kita belum
paham.
Begitupun
saya, tidak pantas mengatakan apa yang ditulis Irshad Manji sepenuhnya salah
atau sepenuhnya benar – selain karena memang belum seluruh isi bukunya telah
selesai saya baca. :D Segala perkataan atau pendapat serta tindakannya tidak
100% saya sepakat tapi juga saya tidak mengatakan menentang. Karena
bagaimanapun dia manusia yang punya pemikiran, keyakinan dan pengalaman yang
mewarnai hidupnya. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar. Dan bagaimanapun
saya percaya atas apa yang diungkapkan terkait pengalaman hidup yang dia alami.
Kitapun punya pengalaman hidup yang berbeda yang kita alami di mana hal tsb
dapat mempengaruhi cara pandang/ cara berfikir dan bertindak kita bukan?
Saya
benar-benar menghargai kebebasan berfikir Irshad Manji karenanyalah saya
tergerak untuk menulis ini. Saya tergelitik dengan beberapa pertanyaan dan
pernyataan yang diutarakan Irshad Manji secara jujur dalam buku/ surat
terbukanya (Beriman Tanpa Rasa Takut). Yang bahkan orang muslim Indonesia mungkin
sebagian tidak menyukainya.
Saya mendengar berita bahwa
orang-orang muslim yang tergabung dan menamakan dirinya pembela Islam atau dari
berbagai golongan Islam yang lain yang menentang kedatangan perempuan ini ke Indonesia
bahkan mengusirnya pada suatu acara. Apakah ini ajaran Islam yang sesungguhnya?
Saya rasa tidak. Bahkan anak kecilpun tahu bahwa kita harus menghormati tamu,
seburuk/ separah apapun kelakuannya atau kebencian kita padanya. Dalam hal ini Irshad
Manji adalah tamu dari suatu kelompok dan diundang pada suatu acara. Apalagi
dia adalah orang asing, perempuan pula. Tapi tetap saja akhirnya dia harus
meninggalkan negeri ini tanpa pernah berdialog, bicara baik-baik atau bahkan
bertatap muka dengan muslim yang menentang kedatangannya. Pihak kepolisian pun
mendukung pengusiran tsb dengan alasan pihak panitia belum mengantongi ijin
jika akan mengadakan acara tsb – Benarkah? Apakah harus? Tumben sekali polisi
sependapat dengan kelompok yang biasanya mereka berseberangan? Hanya JIL
(kelompok lain?) yang mendukung/ tidak berkeberatan dengan kedatangan Irshad
Manji dan menyayangkan insiden pengusiran tsb. Apa karena Irshad Manji adalah
juga seorang Islam Liberal/ JIL? Bukankah dia Islam Refusenik? – sampai sekarang
saya belum paham dengan istilah yang dipakai Irshad Manji ini.
Yang jelas saya tidak ingin cepat
menyimpulkan sesuatu yang saya belum tahu dan benar-benar mengerti. Tapi jika
saya boleh berpendapat – mungkin orang mengira saya sok pintar atau bahkan bodoh
serta berfikiran liberal jika saya terlihat berseberangan (kurang sepaham) dengan
pendapat muslim kebanyakan. Tapi coba terlebih dahulu ditanyakan berapa muslim
yang tahu Irshad Manji saat itu? Berapa yang tahu insiden pengusirannya di
indonesia? Apakah mereka sudah membaca semua isi bukunya? Mengenal perempuan
ini secara mendalam? Atau tahukah apa tujuan dia ke sini? Seharusnya tidak
serta merta mereka kalangan yang sedikit itu mengatakan mewakili umat Islam kemudian
mengusir perempuan tsb dengan cara yang tidak baik menurut saya. Berapa jam perempuan
tsb berada di negara kita? Tanpa melalui jalur dialog terlebih dahulu (bahkan Irshad
Manji mengutamakan dan bersedia berdialog), pimpinan kelompok tsb langsung men-judge/ menghakimi perempuan tsb. Yang
kita tahu mereka menyebutnya lesbian, liberal, membahayakan dan menghina Islam;
tanpa masyarakat yang mayoritas muslim ini tahu apa maksud semua pernyataan tsb.
Tidak ada penjelasan terkait itu, jikapun ada mungkin hanya sebagian dan tidak
peduli.
Kita seharusnya diberi kebebasan
untuk berpendapat dan berkumpul, seperti termaktub dalam undang-undang. Bahkan agama sangat menghargai
orang-orang berilmu/ pemikir, ALLAAH meninggikan mereka beberapa derajat
dibanding yang lain. Tapi kenapa kita selalu disalahkan, ditentang, ditangkap,
dikucilkan atau bahkan dibunuh hanya karena pemikiran kita, pendapat kita tidak
sesuai? Tidak sesuai dengan siapa? Dengan orang kebanyakan atau dengan
penguasa?
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu,
‘Berlapang-lapanglah dalam majlis’, maka lapangkanlah niscaya ALLAAH akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu’, maka
berdirilah, niscaya ALLAAH akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
ALLAAH Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena ALLAAH, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
Dan bertakwalah kepada ALLAAH, sesungguhnya ALLAAH Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (QS. Al-Maidaah: 8)
·
Terkait Al-Qur’an
Al-Qur’an memang adalah pedoman
hidup untuk umat Islam dan juga rahmatan
lil ‘alamin. Di mana banyak hasil penelitian/ study yang bersesuaian dengan Al-Qur’an, dan terbukti benar. Kitab
suci ini adalah penyempurna kitab-kitab suci sebelumnya yang sekarang diragukan
keasliannya. Mungkin banyak dari kita yang belum tahu tentang semua isi Al-Qur’an,
walaupun sekarang sudah banyak terjemahannya. Saya akui secara pribadi saya
kurang suka (atau bisa dikatakan malas karena bosan) membaca mukjizat Muhammad
SAW tsb, dalam bahasa Arab. Saya lebih suka membaca artinya. Karena apa? Sejak
kecil saya sudah diajari untuk ngaji di keluarga saya. Saya adalah anak
termuda/ terkecil yang bisa membaca Al-Qur’an dan hatam beberapa kali dibanding anak-anak lain pada masa itu. Karena
memang saya diharuskan membaca Al-Qur’an setiap malam oleh nenek dan ayah saya
– terima kasih untuk mereka dan semoga ALLAAH memberkahi mereka. Namun
sayangnya saya tidak mengerti isi/ artinya, karena Al-Qur’an dibaca tanpa
terjemah dan saya tidak mendapat penjelasan tentang maknanya. Keluarga kami
punya Al-Qur’an dengan terjemah saat saya berumur berapa tahun ya? Itupun yang
sangat tebal sehingga malas, untuk membukanya saja membuat kantuk. Saya membeli
Al-Qur’an dengan terjemah sendiri saat saya sudah kuliah. Kebanyakan dari kita
– di lingkungan saya – hanya disuruh membaca tanpa perlu tahu artinya dan tidak
ada kewajiban menghafal ayat-ayat Al-Qur’an kecuali surat-surat pendek serta
keperluan doa. Inilah yang banyak terjadi di madrasah-madrasah di daerah yang kurang
maju? Atau yang dikelola NU? – maaf saya tidak bemaksud menjatuhkan salah satu
kelompok. Yang penting kita bisa membaca Al-Qur’an, hafal bacaan sholat,
beberapa doa, tanpa mengerti artinya. Lalu bagaimana kita bisa menjadikan Al-Qur’an
sebagai pedoman dan petunjuk jika tidak mengerti maksudnya? Bagaimana kita
dapat menjalankan perintah-perintah yang ada di dalamnya? Mungkin itu salah
satu sebab mengapa kerajinan seseorang membaca Al-Qur’an atau shalat tidak
diimbangi dengan akhlak yang baik atau masih saja melakukan tindakan yang
dilarang agama (maksiat)? Itulah yang harus dibenahi dari sistem pendidikan
agama kita. Syukurlah sekarang sudah banyak sekolah Islam yang maju – tapi ini
sekolah formal dan kebanyakan swasta. Saya belum tahu dengan madrasah di daerah/
lingkungan saya bagaimana keadaannya sekarang. Kemungkinan tidak jauh berbeda
karena ajaran (kebiasaan) dari warga di lingkungan saya membaca ya membaca sedang
untuk memahami artinya biasanya mereka harus mondok dahulu, dan hanya kalangan berpunya serta memang ingin
bergerak di bidang madrasah (ustadz/ ustadzah yang menjalaninya).
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Quran)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat ALLAAH (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan ALLAAH mengetahui
apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-‘Ankabuut: 45)
“Sebenarnya, Al-Quran itu adalah
ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami
kecuali orang-orang yang zalim.”
(QS. Al-‘Ankabuut: 49)
·
Pertanyaan Irshad Manji: Mengapa Nabi
Muhammad Memerintah Tentaranya untuk Membunuh Seluruh Kaum Yahudi Jika
Al-Qur’an Memang Diwahyukan Kepadanya Sebagai Pesan Perdamaian?
Dari mana sumber atau kesimpulan
anda dapat dari pernyataan tsb? Di mana terdapat keterangan bahwa Muhammad SAW memerintah
tentaranya untuk membunuh seluruh kaum Yahudi? Yahudi yang mana? Kapan?
“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, ‘Hai Musa, kami tidak bisa sabar
(tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada
Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi; yaitu
sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang
merahnya’. Musa berkata, ‘Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti
yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang
kamu minta’. Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka
mendapat kemurkaan dari ALLAAH. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu
mengingkari ayat-ayat ALLAAH dan membunuh para Nabi yang memang tidak
dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan
melampaui batas.”
(QS. Al-Baqarah: 61)
“Dan setelah datang kepada mereka Al-Quran dari ALLAAH yang membenarkan
apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa
memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir,
maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu
ingkar kepadanya. Maka la'nat ALLAAH-lah atas orang-orang yang ingkar itu.” (QS.
Al-Baqarah: 89)
“Dan apabila
dikatakan kepada mereka, ‘Berimanlah kepada Al-Quran yang diturunkan ALLAAH,’
mereka berkata, ‘Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami’.
Dan mereka kafir kepada Al-Quran yang diturunkan sesudahnya, sedang Al-Quran
itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka.
Katakanlah, ‘Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi ALLAAH jika benar kamu
orang-orang yang beriman?’"
(QS. Al-Baqarah: 91)
·
Memang Benar Sejak Awal – Sebelum
Kedatangan Muhammad SAW, Sebelum Ada Perintah Sholat, Sebelum Islam Ada – Sudah
Ada Ajaran Agama Tauhid Yang Mempercayai Tuhan Itu Satu (Maha Esa).
Ibrahim AS dengan kitab Zabur, Musa AS
dengan kitab Taurat, Isa AS dengan Injil dan Muhammad SAW dengan Al-Qur’an,
semuanya adalah Rasul ALLAAH yang diperintahkan agar menyebarkan ajaran Tauhid,
menyembah Tuhan Yang Maha Esa, ALLAAH yang Islam sembah sekarang. Jadi bangsa Kan’an/
Babilonia/ Irak, Yahudi (Bani Israel), orang Mesir, orang Nazaret, orang Quraisy/
Arab semuanya seharusnya mempunyai/ mempercayai Tuhan Yang Satu (ALLAAH SWT).
Dan kitab-kitab suci tsb wajib kita imani. Namun kenyataan/ sejarah di mana manusia
berperan di dalamnya telah merubah hal tsb dengan tidak menuruti/ mempercayai,
tidak menjalankan perintah tuhan, tidak mengimani utusan-utusan ALLAAH, tidak
percaya kitab-kitab yang diturunkannya/ firman Tuhan. Malah menentang,
memfitnah, mengusir, membunuh Rasul-Rasul tsb dan mengubah beberapa isi kitab
tsb sehingga tidak sesuai dengan aslinya, tidak suci lagi.
“Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab
Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil
penolong selain Aku,”
(QS. Al-Israa’: 2)
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai
tuhan selain ALLAAH dan (juga mereka mempertuhankan) Al-Masih
putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Esa, tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci ALLAAH dari apa yang mereka
persekutukan.”
(QS. At-Taubah: 31)
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah ALLAAH dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat
dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
(QS. Al-Bayyinah: 5)
“Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al-Quran) yang
membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang
pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan
harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa. Dan janganlah
kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan
yang hak itu, sedang
kamu mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 41-42)
“Dan sesungguhnya ALLAAH telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil
dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan ALLAAH berfirman,
‘Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan
menunaikan zakat serta beriman kepada Rasul-Rasul-KU dan kamu bantu mereka dan
kamu pinjamkan kepada ALLAAH pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu.
Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air
didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu,
sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus. (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya,
Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka
merobah perkataan (ALLAAH) dari tempat-tempatnya, dan mereka
(sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan
dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka
kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka
dan biarkan mereka, sesungguhnya ALLAAH menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. Al-Maa’idah: 12-13)
“‘Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa
Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi
atau Nasrani?’ Katakanlah, ‘Apakah kamu lebih mengetahui ataukah ALLAAH, dan
siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang menyembunyikan syahadah dari
ALLAAH yang ada
padanya?’ Dan ALLAAH sekali-kali tiada lengah dari apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Baqarah: 140)
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi ALLAAH hanyalah Islam. Tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali
sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di
antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat ALLAAH maka
sesungguhnya ALLAAH sangat cepat hisab-Nya.”
(QS. Ali ‘Imran: 19)
·
Tidak Boleh Tertawa Berlebihan
Tidak boleh tertawa berlebihan bukan
berarti kita lebih baik bermuka masam kan? Kita justru diajarkan/ dianjurkan
untuk murah senyum, bahkan dalam Islam senyum bernilai ibadah, senyum adalah
sedekah. Bahagia tidaklah dilarang, senang-senang silahkan, tertawa adalah
aktivitas yang sehat, yang tidak diperbolehkan adalah segala sesuatu yang
berlebihan, termasuk tertawa berlebihan.
----------to be continued---------
Ø Opini di postingan ini adalah semata tanggapan saya pribadi terkait isi
Surat Terbuka/ E-Book Irshad Manji berjudul Beriman Tanpa Rasa Takut
(Versi Indonesia .) Dengan begitu
komentar berupa jawaban ataupun pertanyaan belum bisa dikatakan semuanya
menunjukkan pandangan saya. Mohon pembaca tidak rancu dengan kenyataan di
lapangan, pernyataan, atau pertanyaan yang muncul. Tambahan berupa ayat-ayat
Al-Qur’an semata-mata untuk mengingatkan dan membantu kita bersama. Semoga
tulisan saya ini bermanfaat.
[NB: Jika anda ingin
mengetahui isi surat terbuka/ buku
Irshad Manji selengkapnya silahkan beli bukunya dan baca seluruh isinya
atau bisa juga download e-booknya]